Pemerintah Desa (Pemdes) Renggiang, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar lomba Nirok sebagai upaya pelestarian tradisi budaya masyarakat di daerah itu, Sabtu (3/8).
Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar mengapresiasi adanya kegiatan lomba Nirok. Menurutnya pelaksanaan lomba Nirok selain kegiatan tradisional masyarakat, tetapi juga upaya untuk mempertahankan adat istiadat, tradisi dan budaya masyarakat untuk bersilaturahmi.
"Karena makna besar dari tradisi Nirok adalah rasa kekeluargaan, kekompakan dan menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga lomba Nirok ini perlu kita lestarikan. Inilah khasanah nuansa masyarakat untuk melestarikan adat dan tradisi tersebut," ucap Khairil.
Ia mengatakan untuk kedepannya pemkab akan berusaha melestarikan lomba Nirok dengan pelaksanaan secara besar-besaran dengan menggabungkan beberapa dusun dan melibatkan para penirok handal dari desa lain.
"Insya Allah hal seperti ini akan kita tampung dan bicarakan di tingkat Kabupaten untuk dijadikan agenda rutin dari Pemkab Belitung Timur dalam upaya pelestarian budaya, dan yang pastinya akan tetap berkolaborasi dengan Pemerintah Desa," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta Nirok, Aden mengaku sangat antusias sekali mengikuti lomba Nirok ini. Karena menurutnya ini merupakan sarana silaturahmi antarwarga desa.
"Ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pulau Belitung. Saat air sungai mulai surut, kami beramai-ramai Nirok. Kalau hasilnya banyak akan dijual, dan kalau hasilnya sedikit nanti dimasak sendiri," katanya.
Aden juga menambahkan pada saat melakukan kegiatan Nirok pikiran harus tenang dan konsentrasi. Karena ikan yang menjadi sasaran tidak kelihatan mata. Cara mengambilnya pun juga harus sangat berhati-hati, agar ikan tidak lepas dan bentuk ikan juga masih terlihat sempurna.
"Lumayan ikannya ada baong, tupok, dumpet, linjing dan semupuk (Sebutan untuk ikan air tawar di Belitung)," pungkas Aden.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Wakil Bupati Belitung Timur, Khairil Anwar mengapresiasi adanya kegiatan lomba Nirok. Menurutnya pelaksanaan lomba Nirok selain kegiatan tradisional masyarakat, tetapi juga upaya untuk mempertahankan adat istiadat, tradisi dan budaya masyarakat untuk bersilaturahmi.
"Karena makna besar dari tradisi Nirok adalah rasa kekeluargaan, kekompakan dan menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga lomba Nirok ini perlu kita lestarikan. Inilah khasanah nuansa masyarakat untuk melestarikan adat dan tradisi tersebut," ucap Khairil.
Ia mengatakan untuk kedepannya pemkab akan berusaha melestarikan lomba Nirok dengan pelaksanaan secara besar-besaran dengan menggabungkan beberapa dusun dan melibatkan para penirok handal dari desa lain.
"Insya Allah hal seperti ini akan kita tampung dan bicarakan di tingkat Kabupaten untuk dijadikan agenda rutin dari Pemkab Belitung Timur dalam upaya pelestarian budaya, dan yang pastinya akan tetap berkolaborasi dengan Pemerintah Desa," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta Nirok, Aden mengaku sangat antusias sekali mengikuti lomba Nirok ini. Karena menurutnya ini merupakan sarana silaturahmi antarwarga desa.
"Ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Pulau Belitung. Saat air sungai mulai surut, kami beramai-ramai Nirok. Kalau hasilnya banyak akan dijual, dan kalau hasilnya sedikit nanti dimasak sendiri," katanya.
Aden juga menambahkan pada saat melakukan kegiatan Nirok pikiran harus tenang dan konsentrasi. Karena ikan yang menjadi sasaran tidak kelihatan mata. Cara mengambilnya pun juga harus sangat berhati-hati, agar ikan tidak lepas dan bentuk ikan juga masih terlihat sempurna.
"Lumayan ikannya ada baong, tupok, dumpet, linjing dan semupuk (Sebutan untuk ikan air tawar di Belitung)," pungkas Aden.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024