Pangkalpinang (Antara Babel) - Kalangan nelayan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencari kerang atau "kepah" untuk penghasilan tambahan saat musim paceklik ikan.

"Kepah adalah sejenis kerang yang hidup di dalam lumpur di daerah hutan mangrove air payau dan sungai besar berlumpur. Hasil tangkapan dijual kepada pengepul," kata salah satu nelayan, Usman saat mencari kepah di Pangkalpinang, Jumat.

Pada saat tidak melaut akibat angin kencang, Usman sering mencari kepah untuk dijual dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain kepada pengepul, katanya, hasil tangkapan dijual ke restoran dan perorangan yang memesan.

"Harga jual ke restoran dan perorangan lebih mahal dibandingkan harga jual ke pengepul," katanya.

Menurutnya, harga kepah tidak bisa dipatok, karena tergantung banyak atau sedikitnya keberadaan hewan tersebut di areal rawa-rawa atau diseputaran sungai berlumpur yang biasanya tidak jauh dari area laut.

"Sekarang harganya naik karena sudah mulai sulit orang mencarinya. Harga 1 kilogram Rp5.000 hingga Rp8.000," katanya.

Diakuinya, hasil pencarian kepah tidak menentu tergantung pasang surut air.

"Ketika air surut biasanya kepah muncul kepermukaan sehingga mudah untuk diambil. Terkadang hasilnya banyak mencapai 20 kilogram namun di saat air pasang hanya sekitar 5 kilogram saja," jelasnya.

Ia mencari kepah sering bersama tetangga dan berkeliling ke areal rawa-rawa di seputaran Ketapang, Kota Pangkalpinang yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Pantai Pasir Padi.

Menurutnya, kepah merupakan kerang dengan tekstur agak kenyal dan memiliki protein tinggi serta bisa diolah menjadi berbagai masakan.

"Rasa kepah seperti kerang pada umumnya hanya saja teksturnya lebih kenyal dan hidup di rawa-rawa atau hutan mangrove," katanya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017