Jakarta (Antara Babel) - Setiap metode detoks akan menimbulkan reaksi
pada tubuh yang mirip seperti gejala penyakit. Umumnya reaksi ini muncul
pada hari pertama hingga hari ketiga program detoks.
"Di hari pertama sampai ke tiga, tubuh akan lakukan penyesuaian.
Ada reaksi yang mirip gejala penyakit. Terkadang mirip dengan yang
dinamakan sakau," ujar konsultan kesehatan, Andang W. Gunawan, di
Jakarta, Selasa (11/11) sore.
Andang mengatakan, pada hari itu, orang yang sedang menjalani
program detoks bisa saja menggigil, sakit kepala, mudah marah dan sedih,
pilek.
"Bisa menggigil, sakit kepala, mudah marah dan sedih, pilek. Itu kondisi
yang muncul biasanya tergantung dari pola makan sebelumnya," kata dia.
Selain itu, masih ada reaksi lainnya yang umumnya terjadi namun mungkin
berbeda pada setiap orang, yakni: warna urin lebih keruh dan berbau
tajam. Menurut Andang, pada mereka yang sepanjang hidupnya banyak
mengonsumsi obat-obatan farmasi, bau obat akan ikut keluar bersama urin
dan kotoran.
Reaksi lainnya, lanjut dia, sering buang angin yang berbau sangat
menusuk, muncul hasrat pada makanan walaupun sebenarnya tubuh sudah
tidak merasakan lapar lagi, serta banyak mengeluarkan kotoran (tinja)
disertai lendir yang cukup pekat. Warna kotoran yang keluar biasanya
kehijauan sampai kehitaman.
Andang mengungkapkan, pada tahap ini, tubuh menurunkan laju
metabolisme basal dan tekanan darah untuk menghemat energi. Di samping
itu, kadar gula akan turun karena berkurangnya asupan kalori.
Dia melanjutkan, setelah memasuki hari ke empat hingga ke tujuh
maka tubuh cenderung telah menyesuaikan. Pada saat itu, akan terasa
energi meningkat dan pikiran menjadi jernih. Kemudian, nafas mulai segar
dan permukaan lidah bersih dari lapisan putih.
Kemudian, untuk mengatasi reaksi detoks, dalam buku
terbarunya,"Diet Detoks: Cara Ampuh Menguras Racun Tubuh", Andang
mengungkapkan sejumlah langkah yang bisa dilakukan, yakni: istirahat di
tempat sejuk yang memiliki sirkulasi baik, tidak berpanas-panas di bawah
terik matahari, tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi
serta sering minum, tetapi hanya boleh air putih dan jus buah segar.
Andang menambahkan, waktu ideal untuk menjalani program detoks adalah tujuh sampai 40 hari, tergantung kondisi tubuh seseorang.
"Bisa dilakukan dua bulan sekali. Tapi lebih sering lebih bagus," kata dia.
Detoksifikasi merupakan proses mengeluarkan racun secara alami
dari dalam tubuh membuat seseorang mampu meningkatkan kualitas hidupnya
tanpa obat-obat kimiawi. Dalam keadaan normal, tubuh mampu mengeluarkan
racun dengan aman, selama diberi asupan nutrisi yang baik dalam jumlah
yang cukup dan organ-organ detoksifikasi berfungsi optimal.
Detoks memiliki sejumlah manfaat bagi tubuh, di antaranya,
mencegah peradangan, ketahanan terhadap infeksi dan reaksi alergi,
menguatkan mental dan menjernihkan pikiran, menjaga berat badan,
meningkatkan energi, memperbaiki kondisi kulit dan rambut, serta
kualitas tidur.