Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan para bidan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak di seluruh daerah, hingga pelosok Indonesia.
Para bidan merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah-daerah, hingga ke pelosok Indonesia. Mereka ini yang pertama memberikan pertolongan persalinan, memastikan keselamatan ibu dan bayi," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, dia mengapresiasi peran dan dedikasi para bidan di Indonesia yang memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak di seluruh daerah, hingga pelosok Indonesia.
Hal itu dikatakan Puan dalam rangka peringatan Hari Bidan Nasional yang diperingati pada 24 Juni.
Dia mengatakan sesuai amanat konstitusi, kesehatan adalah kebutuhan dasar rakyat dan pemenuhannya dijamin oleh negara.
Oleh karena itu, menurut dia, pembangunan di bidang kesehatan harus diarahkan agar pelayanan kesehatan dapat dijangkau seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Puan, sebaran tenaga kesehatan, termasuk bidan di Indonesia yang belum merata, sebagai persoalan yang harus diselesaikan.
"Tantangan utama dalam pelayanan kesehatan saat ini adalah belum meratanya distribusi sumber daya manusia kesehatan. Bukan hanya bidan saja, tapi juga dokter, perawat, tenaga farmasi, analis laboratorium, dan tenaga gizi," ujarnya.
Dia mengutip data Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bahwa jumlah desa di Indonesia saat ini mencapai 83.000 desa, sedangkan jumlah bidan yang ada di desa sekitar 30.000-45.000 orang. Data IBI menunjukkan banyak desa kekurangan bidan dan berdampak pada menurunnya jumlah warga yang berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana.
Menurut Puan, pemerintah mesti mendorong pemerataan tenaga medis, termasuk bidan, di daerah-daerah, terutama wilayah terpencil, apalagi pada masa pandemi, tenaga kesehatan dibutuhkan.
"Bidan berada di garda terdepan melindungi ibu hamil dan balita yang rentan terpapar COVID-19. Khususnya untuk memastikan bahwa seluruh rakyat Indonesia, baik yang mampu dan tidak mampu, seluruhnya mendapatkan pelayanan kesehatan," katanya.
Mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tersebut, menilai peran bidan penting untuk menekan angka kematian ibu di Indonesia.
Dia mencontohkan pada 2017, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setiap hari 810.000 ibu di dunia meninggal dunia akibat persalinan.
"Angka kematian ibu di Indonesia juga ketiga tertinggi di ASEAN, ini tidak bisa dibiarkan saja. Dengan pemerataan bidan di berbagai daerah harapannya bisa menekan kasus kematian ibu melahirkan," ujarnya.
Dia menjelaskan data BPS mencatat selama periode 2011-2014, maternal mortality ratio di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2017, Bank Dunia melaporkan bahwa Indonesia menduduki posisi ketiga kematian ibu dengan 177 kasus per 100.000 kelahiran.
Selama kurun waktu 2010 sampai 2017, negara-negara ASEAN yang telah mencapai target tersebut, Singapura (8 kasus), Malaysia (29), Brunei Darussalam (31), Thailand (37), dan Vietnam (43).
Puan menilai Indonesia harus mengejar terus pencapaian target tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan alokasi anggaran kesehatan yang efektif bagi pembangunan kesehatan Indonesia.
"DPR RI dalam menjalankan fungsi anggarannya ikut mencermati dan mempertajam kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran kesehatan yang mencapai lima persen dari APBN," ujarnya.