Pangkalpinang (ANTARA) - Petani di Desa Balinijuk, Kabupaten Bangka merasa beruntung bisa menghadiri undangan Dosen Agroteknologi Universitas Bangka Belitung (UBB), di lahan Kebun Percobaan UBB.
Pada pertemuan tersebut mereka diberi pengetahuan yang komprehensif tentang tiga hal, yakni, pertama, memungkinkannya bertani, beternak, serta budidaya perikanan secara bersamaan dalam satu wilayah atau lahan, dengan implikasi yang sangat menguntungkan.
Kedua, diberikan pengetahuan tentang penanaman komoditas yang sedang viral, yakni Porang, lalu seperti apa saja kegunaannya serta bagaimana menjanjikannya Porang sebagai sebagai sebuah komoditas baru.
Ketiga, diajarkan secara langsung dan mendetail bagaimana mengelola limbah menjadi kompos dengan metode yang cenderung sederhana.
Pengetahuan tentang bagaimana efektif dan menguntungkannya jika menggarap pertanian, peternakan dan melakukan budidaya ikan secara bersamaan dan terpadu dalam satu lahan, disampaikan oleh Dr. Ratna Santi, S.P., M.Si..
"Di Mendo Barat kami sudah mengembangkan peternakan, pertanian dan perikanan di satu lokasi. Di sana kami membudidaya ikan lele, beternak itik di lahan tanaman padi . Dalam prosesnya, limbah yang dihasilkan itik di lokasi itu langsung kami jadikan penyubur padi. Sementara kolam lele, serta merta telah menjadi habitat dan tempat bermain itik. Lelenya sendiri bisa dijadikan pakan, dan airnya yang banyak mengandung unsur hara, bisa disiramkan kepada tanaman untuk menyuburkannya," ucap Dr. Ratna Sari, M.Si.
Dari siklus tersebut, menurut Dosen Agroteknologi ini, usaha yang telah mereka bangun secara terpadu tidak akan menghasilkan yang namanya limbah yang terbuang.
Dosen senior Jurusan Agroteknologi UBB, Dr. Ismed Inonu, S.P., M.Si. secara terang dan detail memberikan informasi tentang penanaman Porang dan bagaimana menjanjikannya tanaman umbian ini sebagai komoditas pertanian baru.
Menurut Dr. Ismed Inonu, Porang adalah tanaman umbi-umbian yang menghasilkan tepung glukoma 6 yang paling tinggi dibandingkan umbi-umbian yang lain.
"Tepung ini biasanya diproses menjadi makanan untuk orang-orang yang ingin diet. Kalau di Jepang sudah banyak diproduksi menjadi nasi buatan dan Mie," ucap Ismed Inonu.
Tidak hanya itu, menurut Beliau, Porang bisa diproses menjadi sebuah produk lem, karena tepung Porang ini sangat lengket. Juga, porang ramai dimanfaatkan oleh industri kertas untuk melengketkan antar kertas, mengingat bahan dari tepung Porang ini bisa lengket kuat. Porang juga sering dipakai untuk pembungkus kapsul yang selama ini kita konsumsi.
"Dengan banyaknya kegunaan tepung Porang, negara-negara maju khususnya yang beriklim non-tropis butuh banyak impor Porang, sehingga bisa dikatakan porang adalah komoditi baru yang sangat menjanjikan. Alasan lain yang menjanjikan, karena tanaman ini tumbuh dan proses merawatnya tidak susah di negeri kita yang beriklim tropis. Investasinya juga murah," tambah Ismed Inonu.
"Berdasarkan pengalaman koordinator penanaman Porang di Bangka, Pak Mustofa, yang membina sekitar 100 petani Porang, Dia berhasil menghimpun informasi bahwa untuk modal satu hektar, kita cukup mengeluarkan modal senilai 4 juta. Dari modal ini, menurut keterangan Pak Mustofa, petani bisa menghasilkan uang senilai 40 juta," pungkasnya.
Mendengar pemaparan dari Dr. Ratna Santi dan Dr. Ismed Inonu tersebut, para petani Balunijuk antusias untuk segera merealisasi dan/atau mengaplikasikan sesegera mungkin apa yang didiseminasikan oleh dua dosen Agroteknologi tersebut.
Paling tidak, ada 5 petani Balunijuk yang berkesempatan berbicara dan menyampaikan respon yang positif pada sesi tanya jawab yang diluangkan panitia kegiatan.
Pada sesi akhir kegiatan pengabdian dengan tajuk "Pemanfaatan Produk Biologi Pertanian Menuju Pertanian Berkelanjutan" ini, diisi dengan praktik langsung membuat kompos dari berbagai limbah, di antaranya limbah buah-buahan, kotoran sapi, air kelapa tua, perut ayam dan beberapa limbah rumah tangga lainnya.
Praktik pembuatan kompos tersebut dimotori langsung oleh Deni Pratama, S.P., M.Si (Dosen Agroteknologi UBB) di hadapan para peserta kegiatan, yakni sekitar 20 Petani Desa Balunijuk. Juga turut disaksikan oleh Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi, Dr. Tri Lestari, M.Si, serta ketua Jurusan Agroteknologi, yakni Dr. Eries Dyah Mustikarini, S.P., M.Si.