Muntok (Antara Babel) - Tokoh masyarakat Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung khawatir permainan gasing akan punah seiring minimnya perhatian pemerintah daerah setempat dalam melestarikan budaya warisan leluhur tersebut.
"Sejak awal 1990 permainan ini semakin meredup. Kami khawatir jika ini dibiarkan gasing akan punah di negerinya sendiri," kata pegiat budaya Kabupaten Bangka Barat, Sofyan Sahaba di Muntok, Kamis.
Ia mengatakan, sejak 2003 dia bersama beberapa penggemar gasing terus memopulerkan kembali permainan itu dengan menggelar berbagai festival, workshop, lomba untuk mengenalkan kembali budaya warisan leluhur tersebut.
Bukan hanya itu, menurut Sofyan yang saat ini juga menjadi Pengurus Cabang Persatuan Gasing Seluruh Indonesia Kabupaten Bangka Barat, para pegiat permainan itu juga selalu mengikuti festival tingkat nasional dan internasional.
"Dahulu kami aktif mengikuti festival baik di dalam maupun di luar daerah karena pemerintah memperhatikan kebutuhan kami, bahkan tidak jarang bupati turun langsung memberikan dukungan, tidak seperti sekarang," katanya.
Ia mengatakan, permainan gasing adalah warisan budaya yang harus dipertahankan dan dilestarikan oleh siapa saja dan tidak ada hubungannya dengan politik.
"Kami mengabdi untuk pelestarian adat dan budaya yang ada agar bisa dinikmati generasi penerus, kami tidak mau masuk dalam ranah politik dan kami tetap akan berjuang melestarikan permainan gasing, meskipun tidak ada dukungan dari pemkab," katanya.
Selain karena minimnya perhatian pemkab, kata dia, permainan gasing terus meredup karena kalah bersaing dengan permainan sejenis yang lebih modern.
Untuk membangkitkan kembali permainan gasing ke era keemasannya, menurut dia, pemkab perlu lebih serius dalam mengelola permainan gasing melalui bidang kebudayaan, pendidikan dan olah raga.
"Olah raga gasing sudah memiliki pedoman baku dan aturan jelas dalam memainkannya, bahkan peraturan tersebut sudah diakui di seluruh Indonesia dan diadopsi beberapa negara," kata dia.
Ia mengatakan, jenis gasing yang sudah diakui untuk dimainkan dalam pertandingan tingkat nasional di seluruh Indonesia hanya ada dua, yaitu jenis gasing belembang dari Tanjungpinang, dan gasing jantung dari Babel yang awalnya diduga kuat berasal dari Muntok.
Menurut dia, pemkab sebenarnya bisa menggairahkan permainan gasing lagi yaitu dengan menggalakkan lomba atau festival gasing mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional yang penyelenggaraannya di Kabupaten Bangka Barat.
Selain itu, kata dia, menyisipkan permainan gasing dalam pelajaran sekolah di seluruh jenjang sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.
"Sebagai awal bisa menyisipkan dalam pelajaran muatan lokal, setelah itu bisa dibuat kurikulum bakunya seperti apa agar generasi muda semakin memahami dan sadar akan kekayaan adat budaya lokal yang dimiliki," kata dia
Selain menggelar festival, lomba, dan pelajaran di sekolah, kata dia, pemkab perlu sekali-kali memfasilitasi kelompok gasing di daerah itu menggelar kegiatan yang bertaraf nasional atau internasional.
"Rencananya kami akan mengadakan kegiatan pemecahan rekor MURI pada September 2015 dengan memainkan 1.000 gasing, namun kami tidak tahu kegiatan tersebut tidak disetujui tanpa alasan yang jelas," kata dia.
Meskipun demikian, ia berjanji untuk terus menggiatkan permainan tersebut hingga ke pelosok agar budaya yang sarat akan nilai kearifan lokal tersebut tidak hilang digerus arus modernisasi.