Sekarang, para ilmuwan telah menunjukkan kenapa kita cenderung tertarik dengan minuman-minuman itu.
Penelitian dari Portugis menunjukkan kafein melindungi kita dari dampak stress.
Tikus-tikus yang diarahkan pada situasi yang penuh tekanan setiap hari, menjadi cepat cemas dan kehilangan nafsu makannya.
Mereka juga menderita gangguan ingatan dan menunjukkan tanda-tanda ketidaktertolongan.
Namun menambahkan kafein pada air minuman mereka sebelum memamparkan mereka di bawah tekanan, menghentikan sebagian besar simtom untuk berkembang.
Penelitian dari Universitas Coimbra penting karena pada manusia, stress yang konstan meningkatkan peluang didiagnosa depresi.
Pakar asal Inggris mengatakan bahwa mereka tidak merekomendasikan orang yang berada dalam tekanan menenggak cangkir demi cangkir kopi, segelas atau dua gelas kopi tambahan di pagi hari tak akan menyakiti.
Mereka berharap bahwa penelitian yang dipubikasikan dalam jurnal "Proceedings of the National Academy of Sciences" dapat mengarah pada pengobatan baru bagi penyakit mental.
Dr Sridhar Vasudevan dari Universitas Oxford mengatakan "memberi kelangkaan hasil pengobatan dalam psikiatri, hasil ini sangatlah berarti."
Penelitian iini mendukung penemuan sebelumnya bahwa orang yang minum teh hitam memiliki kadar hormon stress yang rendah dalam tubuhnya.
Para ilmuwan , dari Unoversitas College, London, menemukan orang yang meminum teh mampu meredakan stress lebih cepat dari pada mereka yang minum minuman pengganti teh.
Mereka yang minum ramuan teh hitam empat kali sehari selama enam minggu juga diketahui memiliki kadar hormon stress kortisol lebih rendah dalam darah setelah kejadian stress, dibandingkan dengan grup orang yang minum placebo.
Studi membagi 75 peminum teh pria menjadi dua grup dan memonitor mereka selama enam minggu.
Mereka semua tidak minum teh, kopi dan minuman berkafein normal, mereka diberi campuran minuman berkafein yang diberi rasa teh buah terbuat dari unsur rata-rata secangkir teh hitam.
Grup lain diberi placebo kafein yang rasanya mirip tapi tanpa bahan aktif teh.
Jika Anda merasa stress di kantor, secangkir teh manis atau kopi rasanya cocok.
Menurut para ilmuwan, konsumsi gula dapat menekan hormon kortisol yang dikeluarkan dalam tubuh saat kita mengalami stress.
Para ilmuwan di Amerika Serikat meneliti dampak minuman manis pada 19 wanita usia antara 18 dan 40.
Separuh dari grup diberi minuman manis pada saat sarapan, makan siang dan makan malam selama 12 hari, sementara separuh lainnya minum minuman yang diberi pemanis buatan aspartam.
Para relawan diinstruksikan untuk tidak mengkonsumsi minuman bergula lain, termasuk jus buah, di luar waktu itu.
Sebelum dan sesudah periode penelitian, para wanita diberi sebuah tes Matematika yang sulit dan kemudian melalui pindai MRI untuk mengukur tanggapan otak terhadap stress.
Contoh air liur juga digunakan untuk mengukur tingkat kortisol, yang diproduksi oleh kelenjar adrenal.
Wanita yang diberi minuman bergula mengeluarkan lebih sedikit kortisol selama tes Matematika dari pada mereka yang diberi minuman dengan pemanis buatan.
Semua minuman berwarna teh namun didisain untuk menyamarkan elemen seperti aroma, rasa dan keakraban rebusan, untuk mengeliminasi faktor-faktor seperti efek menyamankan meminum secangkir teh.
Kedua grup diarahkan agar terpapar pada satu dari tiga situasi penuh tekanan-ancaman pemecatan, tuduhan menguntit atau kecelakaan di panti jompo-di mana mereka dituntut menyiapkan respons verbal dan berargumentasi kasus mereka di depan kamera.
Tugas yang dibidik peningkatan "besar" dalam tekanan darah, denyut jantung dan peringkat stress subyektif di kedua grup.
Namun 50 menit setelah tugas, tingkat kortisol telah menurun dengan rata-rata 47 persen pada peminum teh dibanding 27 persen pada peminum teh palsu.
Professor Andrew Steptoe dari departemen epidiomology dan kesehatan masyarakat UCL mengatakan: "Minum teh secara tradisional telah diasosiasikan dengan meredakan stress dan banyak orang percaya minum teh bisa membantu mereka rileks setelah menghadapi stress setiap harinya dalam kehidupan.
Penerjemah: Ida Nurcahyani