Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memohon doa, restu, dan dukungan para kiai, ulama, serta santri di Tanah Air agar penyelenggaraan Peringatan Satu Abad NU dapat berjalan sukses.
"Mohon doa dan restu dari para kiai, ulama, dan santri agar persiapan agenda kita berjalan lancar. Saya hendak mengajak seluruh keluarga besar pesantren untuk bersama merawat keharmonisan antarumat dan mengikat kembali simpul-simpul silaturahmi demi kebaikan seluruh rakyat Indonesia," kata Erick dikutip dari siaran pers di Jakarta, Senin.
Menurut Erick, sebagai kader NU yang ditunjuk menjadi Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun atau Satu Abad NU, maka dukungan yang solid para kiai, ulama, dan santri dapat menyukseskan Peringatan Satu Abad NU sehingga mampu memberi andil besar dalam pemulihan ekonomi Indonesia.
Dia mengatakan Peringatan Satu Abad NU merupakan momen yang sangat bersejarah, mengingat perjuangan NU dalam menjaga dan mengawal Indonesia.
Hal itu disampaikan Erick saat bersilaturahmi dengan para ulama se-Pasuruan Raya, Jawa Timur, pada bulan lalu usai resmi dilantik sebagai Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun NU.
Terkait dengan Peringatan Satu Abad NU, katanya, ada sembilan program utama dalam rangkaian kegiatan yang dimulai sejak Juni 2022 hingga Februari 2023, sedangkan puncak acara berupa resepsi akan digelar di Gelora Bung Karno Jakarta.
Sembilan program tersebut di antaranya, NU Tech, Pembentukan NU Women, Festival Tradisi Islam Nusantara, Anugerah Tokoh Nahdlah, Pekan Olahraga NU, Religion of Twenty (R20), Peluncuran Gerakan Kemandirian NU, Muktamar Fiqih Peradaban, dan Resepsi Satu Abad NU.
Kemudian "Kick Off Satu Abad NU" akan dimulai pada hari Senin (20/6) ini.
Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 Masehi atau 16 Rajab 1344 Hijriah di Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur oleh sejumlah ulama di antaranya, KH Hasyim Asyari Tebuireng, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bishri Syansuri, KH Asnawi, KH Nawawi, KH Ridwan, KH Maksum, KH Nahrawi, H. Ndoro Munthaha, KH Abdul Hamid Faqih, KH Abdul Halim Leuwimunding, KH Ridwan Abdullah, KH Mas Alwi, KH Abdullah Ubaid, Syekh Ahmad Ghanaim Al Misri, dan ulama lainnya.