Waykanan, Lampung (Antara Babel) - Harga solar bersubsidi eceran di sejumlah wilayah di Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung mencapai Rp8.000 per liter atau mengalami kenaikan Rp1.500, menyusul persediaan di sejumlah SPBU sering kehabisan.
"Harga solar bersubdisi di SPBU tetap normal Rp4.500 per liter. Namun di pengecer harganya merangkak naik sejak solar langka, dari semula Rp6.500 menjadi Rp8.000 per liter," kata Dipo, warga Kampung Purwaagung Kecamatan Pakuanratu, di Blambanganumpu Waykanan, Senin.
Sejumlah warga Waykanan telah terbiasa membeli BBM bersubdisi di eceran daripada di SPBU.
Hal tesebut disebabkan rentang jarak yang jauh antara tempat tinggal mereka dengan SPBU di daerah ini.
Jarak menuju SPBU yang berada di Jalan Lintas Sumatera dari Pakuanratu, memerlukan waktu sekitar tiga jam.
"Saya antre untuk mengisi solar di SPBU Simpangempat Kampung Negeribaru Kecamatan Blambanganumpu, karena di SPBU Baradatu solar kosong, lalu di SPBU Bumiratu sejumlah kendaraan juga antre cukup panjang untuk mendapatkan solar," ujar Dipo lagi.
Ia menyatakan bahwa dirinya baru saja bepergian dari Kabupaten Lampung Tengah menuju Kabupaten Waykanan.
"Di SPBU Lampung Tengah solar kemarin mudah diperoleh, tidak sampai antre di SPBU. Tapi di SPBU Kotabumi Lampung Utara harus antre, dan harga eceran solar untuk di pengecer tepi jalan berkisar Rp7.000 per liter," katanya lagi.
Kepala Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Pakuanratu Kabupaten Waykanan Alex Al Mukmin menyatakan, warga daerah itu memang terbiasa membeli BBM bersubsidi di pengecer dengan harga tinggi, berkisar Rp6.500 per liter.
Dia berharap, untuk membantu masyarakat terpencil yang umumnya miskin agar dapat menikmati BBM bersubsidi, pemerintah perlu membangun SPBU di daerah pedalaman.
