Muntok, 18/11 (ANTARAbabel) - Seniman Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung Mochtar Adjemain, meminta pemkab setempat memberikan bantuan permodalan untuk menjaga eksistensi sanggar seni yang ada di daerah itu.
"Memberikan bantuan modal dan pelatihan tentu sangat membantu keberadaan sanggar seni dan para pelaku seni untuk terus berkreasi mempertahankan seni dan tradisi lokal," ujarnya seniman yang akrab dipanggil Pak Mo tersebut di Muntok, Minggu.
Ia menjelaskan, beberapa tahun lalu keberadaan sanggara seni di daerah itu sempat "menjamur", bahkan mencapai sekitar 120 sanggar, namun saat ini yang bertahan tinggal beberapa saja karena minimnya permodalan yang dimiliki pengelola.
"Kurang berkembanya sanggar seni dapat dilihat setiap kali ada kegiatan perlombaan atau pertunjukan, pesertanya hanya itu-itu saja sehingga kurang kompetitif," ujarnya.
Menurut dia, perlu langkah serius dari pemkab setempat untuk mendukung keberadaan sanggar seni dalam upaya mendukung kepariwisataan daerah yang sudah diplot sebagai tujuan wisata sejarah dan budaya oleh Pemprov Babel.
"Perlu sinergitas antarlini, mulai dari pelaku seni, swasta, pemkab melalui Dishubparinfo sampai Pemprov untuk mewujudkan hal tersebut, sekaligus menggerakkan masyarakat ke arah positif," kata dia.
Ia mengatakan, keberadaan sanggar seni yang tumbuh dan berkembang di daerah itu diharapkan mampu menampung pelaku seni berkreativitas sehingga seni, tradisi dan budaya lokal tidak hilang.
Bantuan permodalan tersebut diharapkan dapat menutup biaya produksi berlatih rutin hingga pementasan karena dalam proses tersebut membutuhkan biaya cukup tinggi.
"Dalam persiapan pentas butuh persiapan panjang seperti letihan rutin, tata panggung, tata lampu, tata musik, pakaian dan kebutuhan pertunjukan lain yang membutuhkan modal cukup besar,
sementara hadiah yangdisediakan dalam setiap kegiatan lomba atau festival jumlahnya sangat minim, tidak sesuai dengan biaya persiapan," ujarnya.
Kondisi seperti itu, kata dia, berpengaruh banyak terhadap keberadaan sanggar seni, karena para pemilik sanggar tidak memiliki permodalankuat, sementara upaya menggandeng sponsor atau donatur juga tidak memberikan hasil signifikan karena dinilai tidak menguntungkan perusahaan.
"Kami minta pemkab memberikan solusi untuk hal ini karena untuk kepentingan bersama dalam upaya menunjang kepariwisataan, sekaligus menampung kreativitas masyarakat," ujarnya.