Belitung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun 2023 fokus mencegah dan menangani stunting di sebanyak 11 desa dan satu kelurahan daerah itu.
"Pada 2023 lokus prioritas pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi ada di sebanyak 11 desa dan satu kelurahan," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPPKBPMD) Belitung, Salman Alfarisi di Tanjung Pandan, Selasa.
Menurut dia, 11 desa dan satu kelurahan tersebut adalah Desa Sungai Padang sebanyak 406 keluarga beresiko stunting, Desa Air Seruk 803 keluarga, Desa Selumar 456 keluarga, Desa Keciput 408 keluarga, Desa Pelepak Puteh 319 keluarga, dan Desa Tanjung Binga 846 keluarga.
Selanjutnya adalah Desa Badau 517 keluarga, Desa Kacang Butor 397 keluarga, Desa Ibul 242 keluarga, Desa Suak Gual 142 keluarga, Desa Petaling 121 keluarga dan Kelurahan Pangkallalang 1.297 keluarga.
"Desa dan kelurahan yang disebutkan tadi menjadi lokus prioritas pencegahan dan penurunan stunting karena angka prevalensi stunting masih di atas 14 persen," ujarnya.
Salman menambahkan, jumlah desa stunting di Kabupaten Belitung mengalami penurunan dari 18 desa menjadi 11 desa.
Namun lanjut dia, angka stunting di daerah itu pada tahun 2022 lalu memang mengalami perbedaan (dualisme) karena metode pendataan yang berbeda.
Dikatakan dia, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Belitung tahun 2022 sebesar 19,8 persen naik dari tahun sebelumnya 13,6 persen.
Sedangkan data menurut data Elektronik Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-Ppgbm) angka stunting di Belitung berkisar sekitar tujuh sampai delapan persen.
"Sehingga nanti pimpinan daerah akan mencari jalan berkomunikasi ke Bapak Menteri Kesehatan untuk mengetahui data stunting mana yang mereka pandang karena hasil pengukuran dua-dua ini resmi dari Kemenkes," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Belitung Timur kampanyekan gerakan ibu hamil sehat cegah stunting
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan stunting.
Menurutnya, stunting bukan identik dengan faktor kemiskinan akan tetapi disebabkan oleh faktor pola asuh dan asupan gizi yang salah.
Kemudian juga disebabkan oleh faktor pernikahan usia dini yang belum siap baik secara fisik dan mental.
"Sehingga kami ingatkan kepada para pasangan orang tua ketika anak lahir terutama di 1.000 hari pertama atau dua tahun asupan gizi harus benar-benar dijaga," katanya.
Dirinya optimistis, angka stunting di daerah itu bisa turun di bawah 14 persen sesuai target nasional angka stunting pada 2024.
"Kami terus berupaya untuk menurunkan angka stunting sesuai dengan target angka stunting nasional pada 2024," ujarnya.