Sungailiat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memperkuat kerja sama dengan pihak swasta guna mempercepat penanganan kasus stunting di daerah itu.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bangka Baharudin Bafa melalui keterangan, Kamis, mengatakan peran swasta membantu penanganan kasus kekerdilan sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah (pemda) mengingat dalam penanganan kasus ini harus dilakukan terpadu dan berkelanjutan.
"Tahun 2022 lalu salah satu perusahaan peleburan biji timah PT Refined Bangka Tin (RBT) melalui program sosial perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) telah menyalurkan bantuan paket nutrisi susu dan telur selama satu tahun yang diberikan masing-masing dua kali per bulan untuk 74 balita stunting," jelas dia.
Dia mengatakan dalam penanganan dan pencegahan stunting Pemkab Bangka menerapkan konsep Pentahelix atau multi pihak dengan inovasi Si Tumbuh Cerdas atau Aksi Kolaborasi Penurunan Stunting Agar Bayi Hidup Cerdas dan Sehat
"Selain PT RBT, pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bangka juga ikut terlibat dengan membangun fasilitas kotak sampah di kawasan padat penduduk," katanya.
Dia berharap peranan yang sama dilakukan oleh pihak swasta yang lain agar tujuan mewujudkan nol kasus atau zero stunting di Kabupaten Bangka cepat tercapai.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, kasus stunting di 11 desa lokus sampai saat ini tercatat 67 balita atau menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 74 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka dr Then Suyanti berpendapat munculnya kasus stunting dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat, yang mana ekonomi masyarakat yang rendah akan mempengaruhi pola asuh dalam pemberian asupan gizi kepada balita mereka.
"Asupan gizi ini nanti dipengaruhi dengan pola hidup, karena kalau prilaku hidup bersih dan sehat kurang baik dapat mengakibatkan anak mengalami diare dan diare juga dapat disebabkan penyerapan gizi kurang," jelasnya.
Dia melihat masih terdapat orang tua yang masih kurang pengetahuan mengenai makanan bergizi, seperti ada orang tua yang menanggap makan ikan dapat menyebabkan cacingan pada anak. Begitu pula halnya perkawinan dini yang mengakibatkan orang tua belum matang untuk mengasuh anak.
Angka kemiskinan di Kabupaten Bangka berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat tahun 2022 mencapai 4,26 persen atau mengalami penurunan dibanding tahun 2021 sebesar 4,81 persen.