Sungailiat (ANTARA) - Wakil Bupati Bangka Syahbudin menyampaikan bahwa upacara adat Nujuh Jerami yang dilakukan oleh warga Suku Lum termasuk tradisi lokal yang harus dilestarikan.
"Generasi sekarang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan tradisi Nujuh Jerami, yang menjadi kekayaan budaya daerah dan kearifan lokal," katanya saat menghadiri upacara adat Nujuh Jerami di Dusun Pejem, Desa Gunung Pelawan, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Minggu.
Ia mengatakan bahwa Nujuh Jerami sampai sekarang masih dilakukan di beberapa bagian wilayah Kabupaten Bangka, termasuk di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda.
"Hikmah yang dapat diambil tradisi Nujuh Jerami selain ungkapan syukur atas panen yang telah diraih dan meningkat pada tahun-tahun mendatang, termasuk juga kesehatan, juga sebagai sarana bersilaturahmi dan membangun kebersamaan," ia menjelaskan.
Dia berharap upacara adat Nujuh Jerami selanjutnya dikemas lebih bagus sehingga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
Sementara itu, Kepala Desa Gunung Pelawan Tjhiung Kim mengatakan bahwa Nujuh Jerami merupakan tradisi tahunan warga di wilayahnya.
Pesta adat itu setiap tahun dilaksanakan di Desa Gunung Pelawan, kecuali saat pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat untuk mengendalikan penularan COVID-19 pada masa pandemi.
"Pesta ini untuk semua masyarakat, terutama masyarakat Dusun Pejem, untuk saling silahturahmi dengan warga, dan seperti layaknya Lebaran untuk bersukacita," kata Tjhiung Kim.
Menurut informasi yang disiarkan di laman Direktorat Jenderal Kebudayaan, upacara adat Nujuh Jerami dilakukan pada tanggal 13 bulan 3 dalam perhitungan orang Mapur yang disandarkan pada kalender China atau penanggalan Imlek.
Nujuh Jerami, yang merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen, juga meliputi kegiatan sedekah gebong atau sedekah kampung. Dalam hal ini, warga kampung menyediakan aneka makanan dan minuman kepada siapa saja yang bertamu ke rumah mereka.