Sungailiat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menetapkan tradisi upacara "Nujuh Jerami" masyarakat Suku Lom sebagai agenda tahunan untuk menjaga nilai budaya itu di tengah perkembangan moderen
"Tradisi upacara "Nujuh Jerami" dilestarikan dan ditetapkan sebagai agenda tahunan karena merupakan tradisi adat masyarakat Suku Lom yang memiliki sejarah yang kaya dan penuh makna," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka, Rismy Wira Maddona di Sungailiat, Senin.
Ia mengatakan, upacara ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Suku Lom atas hasil panen padi dan permohonan perlindungan untuk musim tanam berikutnya.
"Melalui upacara "Nujuh Jerami" yang biasanya diadakan pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan ketiga pada bulan April, menjadi sarana silaturahim atau pemersatu masyarakat antarsuku," jelas dia.
Rismy berkeyakinan, tradisi upacara "Nujuh Jerami" mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri karena budaya ini memiliki makna filosofis yang mendalam.
Menurut cerita yang diwariskan oleh tetua adat masyarakat Suku Lom, tradisi "Nujuh Jerami" bermula dari salah satu leluhur mereka yang mendapat mimpi untuk mengorbankan kedua anaknya sebagai tumbal.
Anak yang dikorbankan ke laut diyakini menjelma menjadi ikan, sementara yang dikorbankan ke daratan menjadi tanaman padi.
"Sejak saat itu, masyarakat Suku Lom menyelenggarakan ritual persembahan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen dan perlindungan leluhur terhadap ladang mereka," jelasnya.
Dia optimis, tradisi budaya masyarakat di Kabupaten Bangka yang masih terjaga mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
"Ditargetkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Bangka tahun 2025 mencapai 311.312 wisatawan atau meningkat lima persen dibanding tahun 2024 sebanyak 296.317 orang wisatawan," katanya.