Sungailiat (ANTARA) - Pejabat Bupati Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, M Haris berpendapat tradisi ritual adat Nujuh Jerami oleh masyarakat Desa Mapur Gunung Muda Belinyu sebagai momentum perkuat persatuan melalui anjang tali silaturahmi.
Hal tersebut disampaikan M Haris dalam sambutan tertulis yang dibacakan Plt Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Bangka Tony Marza di Sungailiat, Senin.
Ia mengatakan, ritual adat Nujuh Jerami yang ditetapkan dalam budaya tak benda (WBTB) Indonesia yang setiap tahun diselenggarakan dapat dimaknai sebagai "Hari Raya" bagi masyarakat di wilayah itu.
"Masyarakat Desa Mapur atau masyarakat Lom tersebar di sejumlah dusun seperti di Dusun Pejem, Tuing dan Dusun Air Abik bersama-sama memeriahkan perayaan adat ini," kata dia.
Ia mengatakan, masyarakat di dusun itu saling berkunjung ke rumah warga yang sudah disediakan berbagai jenis makanan seperti kue lebaran.
Perayaan Nujuh Jerami sebagai bentuk rasa syukur warga adat, baik yang ada di pedalaman hutan maupun di pemukiman luar atas keberhasilan panen pagi yang menghasilkan beras merah.
Awal cerita Nujuh Jerami bermula dari salah seorang leluhur mereka yang mendapat mimpi agar mengorbankan kedua anaknya. Perintah itu dilaksanakan dengan membuang anak masing - masing di laut dan ke daratan sebagai tumbal.
Anak yang dibuang ke laut mereka anggap menjelma sebagai ikan dan yang di buang di daratan menjadi tanaman padi.
Bagi masyarakat Lom menganggap ikan dan padi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Upacara Nujuh Jerami merupakan ritual yang diselenggarakan setiap tahun berdasarkan penanggalan China, yaitu pada 13 hari. Dalam penanggalan masehi biasanya jatuh pada bulan April.