Mpigi, Uganda (Antara Babel) - Shoebill, burung penyendiri dan pendiam,
menghadapi kepunahan di Uganda, sementara hamparan luas rawa di Danau
Victoria --yang menjadi tempat tinggalnya-- menarik wisatawan dari jauh
karena keunikannya.
Burung bangau besar tersebut memperoleh namanya dari kemiripan paruhnya dengan sepatu.
"Burung itu berbeda dari burung lain sebab anda tak bisa
menemukannya dalam satu kelompok. Keunikan ini menantang ungkapan bahwa
burung yang sejenis berkumpul bersama," kata Irene Namubiru, seorang
pemandu wisata lokal di Mabamba Swamp, lokasi yang dilindungi di Uganda
Tengah, kepada Xinhua dalam satu wawancana belum lama ini.
Walaupun Shoebill adalah burung air, Shoebill tak bisa berenang sebab tumitnya tidak memiliki selaput.
Gaya berburu hewan itu juga unik sebab Shoebill menunggu ikan mendekati tempatnya berada.
"Burung tersebut bisa berada di satu tempat selama lebih dari tiga
jam untuk menunggu sesuatu yang bisa dimakan. Sheobill memangsa ikan
belut, lele, ikan nila dan katak," kata Nambubiru, sebagaimana
diberitakan Xinhua, Minggu pagi.
Menurut para ilmuwan, Shoebill bertelur dalam lima tahun dan hanya
satu yang menetas. Kondisi itu menjelaskan sebagian masalah yang membuat
jumlah hewan tersebut terbatas.
Namun, inti dari berkurangnya jumlah Shoebill ialah meningkatnya kegiatan manusia di danau itu dan sekitarnya.
Manusia dan Shoebill bersaing dalam memperebutkan lahan dan dalam
sebagian besar kasus manusia menang, serta mendesak burung tersebut ke
arah kepunahan, kata banyak pecinta lingkungan hidup.
"Di Mabamba, saat orang mencari burung itu selama hampir dua jam, orang juga menemukan nelayan sedang berburu."
Kegiatan penangkapan ikan yang meningkat tersebut mengancam
keberadaan Shoebill sebab makanannya diambil oleh manusia terutama pada
saat simpanan ikan berkurang.
Selain perebutan makanan, pembakaran rawa adalah kegiatan lain yang
mengancam keberadaan Shoebill. Pemburu kadal membakar lahan luas untuk
menangkap buruan mereka.
Namun, mereka juga membakar telur Shoebill, sehingga mengurangi
jumlah hewan itu. Shoebill muda yang belum bisa terbang juga ikut
terbakar api.
Menurut pencinta alam, juga ada peristiwa sebagian orang telah membawa pulang Shoebill sebagai hewan peliharaan.
Dalam menghadapi semua ancaman itu, ada upaya yang dilancarkan untuk melestarikan burung besar tersebut.
Warga setempat yang melakukan kegiatan di rawa didorong untuk hidup berdampingan dengan burung itu.
Pembakaran semak juga telah dilarang dan pelakunya diserahkan ke polisi.
Perempuan di daerah tersebut juga telah membentuk kepompok dengan
kegiatan membuat kerajinan tangan yang mereka jual kepada wisatawan. Di
dalam kelompok mereka, perempuan juga telah terlibat dalam melakukan
kegiatan lain yang memberi penghasilan seperti bertani.
Kegiatan itu telah meningkatkan penghasilan rumah tangga mereka dan
telah menjelaskan bahwa rawa tersebut bukan satu-satunya sumber
kehidupan mereka.
Shoebill, Burung Raksasa Uganda, Bertahan Hidup Melawan Manusia
Minggu, 10 April 2016 21:57 WIB