Istanbul (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu mengatakan Rusia "sangat" menyadari bahwa negara itu akan kalah perang dengan Ukraina menyusul penghancuran bendungan Kakhovka.
"Mereka takut kami akan segera melakukan serangan balasan ke wilayah ini (Kherson), dan mereka ingin membuat pembebasan wilayah kami lebih sulit...Mereka mengerti dengan sangat baik bahwa merekan akan kalah dalam pertempuran ini. Mereka memperpanjang pembebasan wilayah kita," kata Zelenskyy dalam wawancara dengan harian Jerman Bild.
Dengan penghancuran bendungan Kakhovka, ia mengatakan Kiev mendapat informasi bahwa "sesuatu akan terjadi," yang ia bagikan dengan mitranya.
Zelenskyy lebih jauh mengatakan bahwa Ukraina tidak memberikan bukti bahwa bendungan tersebut diledakkan oleh pasukan Rusia karena lokasinya yang berada dalam wilayah yang dikuasai Rusia.
"Bukti apa yang bisa kami miliki? Ketika kami disana, kami akan mengumpulkan bukti," kata dia menambahkan bahwa pentingnya keterlibatan ahli internasional.
Ia juga mengecam pedas ketidakhadiran Perserikatan Bangsa-bangsa dan Palang Merah di area itu "untuk menyelamatkan jiwa" dan menunjukkan kekecewaan-nya atas kurangnya tanggapan atas penyelidikan yang diajukan oleh Ukraina.
Dia juga menyinggung serangan balasan Ukraina terhadap Rusia yang telah lama ditunggu-tunggu, dengan mengatakan penghancuran bendungan tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah.
"Apa yang terjadi saat ini adalah tragedi, bencana lingkungan dan manusia. Hal itu tidak membantu kami dalam melakukan serangan balasan. Hal itu membuatnya tidak lebih mudah," kata Zelenskyy.
Sementara itu Rusia dan Ukraina pada Selasa saling tuduh atas penghancuran bendungan Kakhovka, yang menyebabkan banjir di pemukiman sekitarnya.
Moskow menuduh Kiev berupaya memutus pasokan air bersih untuk Krimea yang didapat dari Reservoir Kakhovka, sementara Kiev menuduh Rusia mencoba memperlambat serangan balasan yang diperkirakan.
Skandal Internal Besar
Dalam wawancara itu, Zelenskyy juga menyebutkan adanya "skandal internal besar" di Rusia antara Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu dengan kepala kelompok paramiliter Wagner Yevgeny Prigozhin.
"Terjadi perang, yang mereka sebut "operasi militer khusus" dan perebutan politik. Dan yang paling serius, antara angkatan bersenjata yang berbeda, baik dari negara maupun swasta," kata Zelenskyy, menambahkan bahwa ia berpikir mitra Rusianya Vladimir Putin mengetahui hal itu.
Lebih jauh ia mengklaim bahwa mereka yang dekat dengan Putin "telah kehilangan kepercayaan terhadapnya" dan ini berdampak kepada militer Rusia dan hal lainnya.
Ia juga menyangkal bahwa Ukraina berperang di wilayah Belgorod, Rusia.
"Kami tidak berperang di wilayah asing. Kami hanya membebaskan wilayah kami...Kami berperang dengan Rusia atas wilayah kami, bukan wilayah mereka."
Angkatan bersenjata Ukraina dilaporkan melakukan serangkaian serangan ke wilayah perbatasan Rusia dalam beberapa bulan terakhir, seperti Bryansk dan Belgorod, yang diserang drone dan artileri, serta diserbu pasukan paramiliter.
Zelenskyy juga menyangkal keterlibatan Ukraina dalam ledakan jalur pipa Nord Stream September lalu.
"Saya presiden, dan saya memberikan perintah yang sesuai aturan. Ukraina tidak ada hubungannya dengan hal tersebut. Saya tidak akan melakukan hal semacam itu," kata dia.
Jalur pipa Nord Stream, yang membawa gas alam Rusia menuju Jerman utara melalui Laut Baltik, retak akibat serangkaian ledakan pada 26 September tahun lalu, menyebabkan kebocoran yang oleh para pejabat dari negara-negara di wilayah itu sebut sebagai "sabotase".
Sumber: Anadolu