Februari 2012 merupakan awal sejarah baru bagi Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, dimana Pemerintah Pusat menetapkan kabupaten ujung barat Pulau Bangka
itu sebagai salah satu lokasi Master Plant Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Kabupaten yang baru berusia 10 tahun dengan Kota Muntok sebagai ibu kota kabupaten tersebut akan dijadikan salah satu pusat ekonomi industri yang dilengkapi pelabuhan
terpadu sebagai salah satu infrastuktur penunjang.
Selain masuk dalam mega proyek MP3EI koridor Sumatera, Bangka Barat juga merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai Kawasan Perhatian Investasi (KPI).
Kepercayaan besar dari Pemerintah Pusat itu bukan tanpa alasan karena secara geografis kabupaten pemekaran dari Kabupaten Bangka itu memiliki posisi yang sangat
strategis untuk dijadikan pintu gerbang utama wilayah Sumatera.
Ke depan, Pelabuhan Terpadu Tanjung Ular Muntok akan menjadi salah satu pintu gerbang utama keluar masuk barang, terutama yang selama ini dilayani Palembang, seiring
pendangkalan arus Sungai Musi yang terus meningkat sehingga tidak memungkinkan bagi kapal-kapal besar masuk.
Sebagai langkah awal rencana pembangunan Pelabuhan Terpadu Tanjung Ular Muntok, pemkab setempat sudah melakukan kerja sama dengan Sekolah Tinggi Transportasi Darat
(STTD) untuk menyusun data "survey investigasi design" (SID) dan "detail enginering design" (DED) di sekitar lokasi itu.
Hasil studi kelayakan itu menyebutkan bahwa Pelabuhan Tanjung Ular Muntok memilki kedalaman yang memadai dan dapat dilewati kapal-kapal tanker.
Hasil kerja sama itu akan dijadikan dasar rencana pembangunan infrasturktur dalam rangka sinkronisasi program MP3EI yang diharapkan mampu meningkatkan konektivitas antardaerah.
"Kami juga sudah melakukan pemetaan wilayah khusus untuk pembangunan kawasan industri terpadu di Tanjung Ular dengan luas 1.275 hektare dan lokasi pembangunan PLTU dan
kawasan industri Tanjung Kalian seluas 125 hektare," ujar Kepala Bidang Fisik dan Sarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Barat, Helwanda.
Dua lokasi tersebut sengaja disiapkan pemkab untuk memberikan gambaran dan kepastian kepada para pemilik modal yang ingin berinvestasi di Kabupaten Bangka Barat.
"Pemkab juga sudah menyiapkan rencana pembangunan jalan menuju ke lokasi tersebut, dengan fasilitas yang cukup representatif yaitu lebar jalan 20 meter dan pembangunan awalnya juga sudah dimulai pada 2013," kata dia.
Ia menyebutkan, pada tahap awal pemkab membangun jalan tersebut di dalam Kota Muntok sepanjang 18 kilometer dari simpang Kadur hingga simpang Masjid Baitul Hikmah dan akan dilanjutkan hingga Pelabuhan Tanjung Kalian pada tahun berikutnya.
Selain itu, pembangunan jalan lingkar menuju kawasan industri Tanjung Ular juga akan dimulai dengan panjang jalan sekitar 20 kilometer.
"Kami berharap dimulainya pembangunan Tin Chemical oleh PT Timah Tbk di Kawasan Industri Tanjung Ular bisa membuka jalan masuknya berbagai investasi di Kabupaten Bangka Barat," kata dia.
Fokus Kembangkan Kota Pusaka Muntok
Dalam sektor pariwisata, Pemkab Bangka Barat memfokuskan pengembangan sektor pariwisata sejarah dengan mengoptimalkan Kota Muntok yang sudah ditetapkan sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia.
Kota Muntok pada 2012 ditetapkan sebagai salah satu dari 25 kota pusaka kategori B. Ini menjadi kebanggaan tersendiri untuk meningkatkan kepariwisataan daerah.
Potensi wisata sejarah di ibu kota Kabupaten Bangka Barat tersebut sudah diakui di tingkat nasional dan internasional karena sejarah panjang kota tua yang pada zaman dahulu dikenal sebagai kota pelabuhan, sejajar dengan Singapura.
Pada waktu itu, Kota Muntok sebagai kota pelabuhan sekaligus penghasil timah dan lada putih menjadikan kota itu lebih maju dibandingkan kota lain di Indonesia.
Kebesaran Kota Muntok terbukti dengan banyaknya peninggalan berupa bangunan dan tempat-tempat bersejarah di kota tua tersebut. Ini yang akan digali sebagai andalan pariwisata Bangka Barat.
Pesanggrahan Menumbing merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang didirikan pemerintah kolonial Belanda pada 1928-1930. Bangunan berarsitektur megah itu sampai saat ini masih berdiri kokoh sebagai
simbol perjuangan dan budaya.
Gedung itu berisi beberapa ruangan bernilai sejarah dari para pemimpin bangsa Indonesia yang sempat diasingkan ke Kota Muntok,seperti Soekarno, M Hatta, Mr Ag Pringgodigdo, MR Assaat, Komodor Surya Darma, Mr Ali Satroamidjoyo, Mr M Roem, H Agus Salim dan lainnya.
Selain Pesanggrahan Menumbing, Kota Muntok juga memiliki gedung bersejarah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu Pesanggrahan Muntok atau Wisma Ranggam yang memiliki nilai sejaah, yaitu sebagai tempat perundingan UNCI, BFO dan KTN 1945.
Di tempat itu juga dilakukan penyerahan surat kuasa kembalinya Ibu Kota oleh Ir Soekarno kepada Sri Sultan hamengku Buwono IX.
Kota Muntok sebagai kota sejarah tidak hanya memiliki dua bangunan tersebut, namun juga masih banyak lagi bangunan tua berarsitektur unik yang masih dapat dilihat, di antaranya Masjid Jamik, yaitu bangunan masjid tertua di Provinsi Babel yang dibangun pada 1883 yang berdiri megah di tengah Kota Muntok atau berseberangan dengan Kelenteng Kung Fuk Miaw yang dibangun pada 1800.
Dua bangunan ibadah berdampingan ini merupakan salah satu bukti bahwa persatuan dan toleransi di daerah itu sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan tetap terjaga hingga sekarang.
Sebagai pendukung wisata sejarah Kota Muntok, pemkab sudah menyiapkan juga wisata pendukung seperti Pantai Batu Rakit, Tanjung Asmara, Batu Balai, wisata kuliner dan lainnya.
Potensi Selain Timah
"Suatu saat kandungan bijih timah di Pulau Bangka akan habis. Kalau tidak mulai sekarang disiapkan alternatif ekonomi lain tentu akan membahayakan ekonomi masyarakat," ujar Wakil Ketua DPRD Hendra Kurniady.
Menurut dia, daerah itu memiliki berbagai potensi di sejumlah sector yang belum dimanfaatkan secara maksimal seperti pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan jasa.
Dari sektor pertanian, kata dia, daerah itu masih mengandalkan pasokan pangan dari luar daerah, padahal memiliki lahan luas yang potensial untuk dijadikan areal penanaman tanaman pangan.
Dari sektor perikanan darat dan laut sebenarnya potensi cukup melimpah, namun sampai saat ini baru sedikit pelaku yang mengembangkan usaha perikanan. Kebanyakan warga masih menjadi nelayan musiman dengan hasil kurang maksimal, katanya.
Dari sektor perkebunan, daerah itu sejak dahulu terkenal sebagai penghasil getah karet, kelapa sawit dan lada serta berbagai tanaman buah seperti mangga, duku, manggis, nanas dan durian.
"Bangka Barat terkenal sebagai penghasil lada putih Muntok atau yang lebih dikenal dengan 'Muntok white pepper', namun saat ini seperti tenggelam karena banyak petani beralih ke pertambangan yang dinilai lebih menguntungkan dan cepat menghasilkan uang melimpah," kata dia.
Untuk sektor jasa, posisi ibu kota Kabupaten yang berlokasi di Kota Muntok memiliki letak strategis karena sebagai pintu gerbang utama Babel bagian barat yang menghubungkan langsung dengan Pulau Sumatera.
Menurut dia, potensi besar yang belum tergarap maksimal tersebut harus segera diperhatikan untuk terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
"Kami berharap pemkab mulai meletakkan pondasi pembangunan non-timah dengan mengoptimalkan sektor potensial lain dengan memberikan berbagai bantuan keterampilan, pengolahan hasil,pengemasan dan membantu pemasarannya," katanya.
Peluang Investasi
"Selama ini berbagai potensi sumber daya alam masih dijual ke luar
daerah dalam bentuk bahan baku. Kami ingin ke depan diolah di daerah terlebih dahulu agar memiliki nilai ekonomi lebih tinggi," ujar Kepala Bidang Fisik dan Sarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka Barat, Helwanda.
Selain meningkatkan nilai ekonomi, kata dia, pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi dan barang jadi diharapkan bias menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah itu.
Menurut dia, Kabupaten Bangka Barat memiliki berbagai potensi yang bisa dikembangkan seperti hasil pertambangan, perkebunan, periwisata, perhubungan, perikanan laut dan darat serta sektor jasa yang selama ini belum begitu menggeliat.
"Sektor pertambangan masih terfokus pada tambang timah, padahal tambang lain masih banyak dan belum tersentuh sama sekali seperti tambang kuarsa, ilemenit, kaolin, bauksit, granit dan zirkon dan itu tersebar di seluruh enam kecamatan," kata dia.
Menurut dia, pemkab setempat sudah mengalokasikan lahan sekitar 1.275 hektare yang berada di kawasan industri terpadu di Tanjung Ular, Kecamatan Muntok yang juga akan dilengkapi dengan pelabuhan terpadu.
"Untuk lahan tidak ada masalah karena lokasi tersebut juga sudah ditetapkan sebagai pendukung terealisasinya program nasional MP3EI," katanya. (ADV)
Berita Terkait
Bangka Barat ajak pemuda gali potensi wisata
25 Oktober 2024 08:55
BPBD Bangka Barat minta nelayan waspadai potensi angin kencang
5 Oktober 2024 19:16
Bangka Barat identifikasi 160 titik rawan kebakaran
16 Agustus 2024 19:33
Pabrik CPO di Desa Kacung beroperasi akhir 2024
9 Agustus 2024 16:43
BMKG: Potensi hujan lebat di wilayah Bangka Selatan dan Bangka Barat
3 Juli 2024 06:48
BMKG: Potensi hujan lebat di Bangka Barat dan sekitarnya Sabtu siang
29 Juni 2024 08:58
Bangka Barat ajak peserta KKN IAIN SAS bantu promosi desa
14 Mei 2024 22:47