Pangkalpinang (ANTARA) - “Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya”, sepenggal kalimat yang sangat familiar bagi kita semua. Satu kalimat yang mengingatkan bahwa kita tidak akan hidup abadi, waktu kita ada batasnya dan akan digantikan dengan yang lain. Setiap orang punya kesempatan untuk merubah keadaan. Pilihan itu ada di kita.
Tentu saja untuk melakukan perubahan itu tidaklah mudah, resistansi pasti akan ada, dikarenakan sistem yang ada telah terbentuk begitu lama, mengakar dan mendarah daging. Belum lagi orang-orang lama masih bercokol dan dipastikan mereka akan tetap berusaha untuk mempertahankan kekuasaan dan kemapanan yang selama ini telah dinikmati.
Ada sedikit cerita menarik saat acara arisan keluarga akhir pekan kemarin. Seperti arisan pada umumnya, acara utamanya adalah silahturahmi adapun cabut nomor arisan hanyalah sebuah sarananya saja. Acara kumpul-kumpul tersebut juga diisi dengan cerita dan diskusi. Obrolannya tidak hanya membahas sekitar masalah keluarga, tapi juga membahas isu-isu terhangat dan terkini. Dikarenakan saat ini sedang memasuki tahapan pemilu dan daftar calon sementara (DCS) telah diumumkan, dan kebetulan salah satu anggota keluarga ada yang mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPRD kabupaten/kota, maka bahan obrolan berpusat pada isu tersebut.
Siang itu cuaca cukup panas, sudah seminggu lebih tidak ada hujan, debu pun beterbangan ditiup angin. Saat sekarang baru memasuki musim kemarau padahal sudah dipenghujung tahun, dimana seharusnya sudah masuk musim hujan. Perubahan Iklim dan pemanasan global telah merubah kenormalan pergantian musim yang bertahun-tahun telah berlangsung. Saat ini, tak jelas lagi kapan musim kemarau dan kapan seharusnya musim hujan.
Kembali lagi ke acara obrolan tadi, entah karena pengaruh cuaca panas atau karena tema obrolan yang dibahas, diskusi pun ikut menjadi hangat. Ditemani secerek kopi hitam panas dan dua piring penganan sajian tuan rumah, berbagai pemikiran, analisis, ide ala-ala masyarakat umum keluar semua.
Pro kontra pun terjadi, melihat kondisi perpolitikan sekarang ada yang merasa baik-baik saja, ada yang kecewa, ada yang apatis. Namun, ada juga yang cuek, tidak peduli atas apa yang terjadi. Semua menjadi satu dan saling berbantah. itu sah-sah saja kan alam demokrasi.
Hal yang menarik, calon legislator dari keluarga tersebut menyampaikan pemikiran idealisnya, yaitu bagaimana cara dia menghindari politik uang dalam dalam pileg yang akan datang.
Pertama, pemikiran ini didasari atas kesadaran diri akan keterbatasan kemampuan finansial yang dimiliki.
Kedua, politik uang akan menyebabkan biaya politik tinggi sehingga akan menyebabkan fokus pun akan berganti yaitu bagaimana cara untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan, akhirnya konsep dagang yang dipakai.
Ketiga, ini yang membuka kesadaran dan mengingatkan kita jauh ke depan sebagai individu yang beriman, yaitu bagaimana mempertanggungjawabkan apa yang telah kita perbuat di akhirat kelak.
Nilai agama ini menjadi penting untuk menjaga keseimbangan hidup bagi individu itu sendiri. Namun, penting dari semua itu adalah bagaimana kita menjaga konsistensi pada idealisme tersebut, dimana nanti saat kita akan berhadapan dengan berbagai kepentingan dan intrik.
Idealisme dan moralitas
Idealisme dan moralitas adalah dua konsep yang sering dikaitkan satu sama lain dan memiliki hubungan erat dalam pemikiran filosofis dan etika. Idealisme dapat mempengaruhi cara seseorang memahami atau merumuskan nilai-nilai moral dalam pandangan mereka tentang kehidupan.
Idealisme memberikan dasar bagi moralitas, sedangkan moralitas memberikan arah bagi idealisme. Idealisme mendorong manusia untuk mengejar kebaikan dan kebenaran, sedangkan moralitas memberikan pedoman tentang bagaimana mencapainya.
Ketika kita menjaga idealisme berarti kita ikut menjaga moralitas pada apa yang dilakukan. Artinya bagaimana kita membawa konsep dasar ide-ide positif yang kita miliki ke dalam praktek dalam realita di tempat dimana yang menjadi tujuan kita, dengan tetap berpegang teguh pada batas-batas kepatutan moral yang menjadi dasar dari ide pemikiran kita tersebut.
Dalam konteks ini, Idealismenya adalah konsep dasar sebagai wakil rakyat yaitu menjalankan mandat dari para konstituennya. Walaupun pada parakteknya sangat sulit apalagi mandat rakyat dibatasi oleh mandat partai dan kepentingan pribadi.
Politik uang adalah sebuah contoh bagaimana idealisme dan moralitas tersisihkan demi pencapaian kekuasaan. Bukanlah program sebagai representasi ide ataupun gagasan yang ditampilkan, tetapi seberapa kekuatan modal yang mampu dikeluarkan.
Politik uang bagaikan kanker stadium 4 yang sudah menjalar kemana-mana. Sudah menjadi rahasia umum bila hal tersebut dimainkan tidak hanya oleh pemain lama tapi juga pendatang baru. Itulah salah satu penyebab mengapa biaya politik menjadi tinggi dan mahal. Hal Ini jugalah mengapa idealisme dan moralitas politik seakan dipinggirkan. Idealisme bagaikan topeng semu, moralitas sebagai sandiwaranya.
Kembali ke cerita di atas, silaturahmi dengan keluarga, tetangga, teman dan atau siapa saja menjadi pilihan dan jalan yang ditempuh untuk memperkenalkan diri. Tentu saja yang menjadi target utama adalah mereka yang memiliki hak pilih atau yang berpotensi seperti anak kuliahan ataupun anak baru gede (ABG) yang berada di dapilnya.
Pemanfaatan media sosial seperti X (twitter), facebook ataupun media komunikasi seperti whatsapp dan telegram, menjadi alat pembentuk citra diri dan komunikasi gratis. Tentu saja tidak ketinggalan metode klasik seperti spanduk dan poster tetap digunakan walaupun terbatas.
Tetapi apakah yang disampaikannya langsung membuat pendengarnya langsung yakin dan percaya. Kondisi politik dan bagaimana pola meraih kekuasaan yang banyak dipertontonkan dan didengar tentu saja membuat sebagian masyarakat mulai jengah dan bosan. Mereka yang percaya dan yakin masih banyak, namun yang skeptis, dan sinis tidak lah sedikit. Sekedar mengangguk antara paham atau tidak pun ada.
Hal tersebut wajar terjadi ketika realita tidak sesuai ekspektasi, ketika begitu banyak janji hanya berlalu begitu saja. Pada saat idealisme dikalahkan oleh kepentingan dan kebutuhan. Idealisme dibangun tidak hanya sebagai bahan pencitraan semata, tetapi bagaimana idealisme dibangun sebagai bagian dari jalan kebaikan untuk mencapai tujuan. Moralitaslah yang menjaga kita tetap pada trek yang seharusnya.
*) M. Denny Elyasa adalah Analis Kebijakan sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berita Terkait
Dewan Pers ingatkan media tidak lupa misi utama
8 Februari 2023 19:20
Wakil KPK-Rektor UBB bicara hubungan idealisme dan dunia praktis
8 Maret 2022 08:45
Prasetyo Minta Jaksa Jangan Gadaikan Idealisme
15 Desember 2017 15:07
Plt Bupati: Waspadai Gerakan Radikalisme
21 November 2016 14:27
Presiden Jokowi: Teknologi harus dibarengi standar moralitas tinggi
1 November 2018 16:39
Menkumham: masalah integritas petugas pemasyarakatan jangan terulang
27 April 2018 10:31
Masih adakah peran akuntan di dalam majunya teknologi komputer akuntansi?
29 November 2024 11:12