Jakarta (ANTARA) - Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RA Adaninggar Primaria Nariswari menyebutkan kebiasaan jarang meminum air putih dapat menjadi faktor risiko yang mengharuskan seseorang melakukan terapi cuci darah (hemodialisis) meskipun masih usia muda.
"Biasanya pasien muda yang melakukan cuci darah karena tidak suka atau jarang minum air putih," katanya dalam temu wicara terkait kebiasaan yang menyebabkan cuci darah, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
dr Ningz, sapaan akrabnya, mengatakan kebiasaan jarang meminum air putih dapat menyebabkan peradangan pada ginjal dan merupakan risiko awal dari penyakit diabetes, yang kelak juga akan berdampak pada fungsi ginjal.
Ginjal yang sudah kehilangan fungsinya, kata dia, mengakibatkan seseorang harus melakukan terapi cuci darah untuk mengembalikan kualitas hidupnya, karena darah yang kotor dan tak tersaring melalui ginjal dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.
"Kalau ginjal tidak berfungsi, maka akan mengganggu metabolisme tubuh. Sampahnya tidak keluar dari tubuh, jadi kayak keracunan," ujarnya.
Meskipun fungsi ginjal dalam menjernihkan darah dapat digantikan dengan terapi cuci darah, dr Ningz menekankan fungsi ginjal lainnya seperti pembentukan hormon dan enzim yang baik untuk tubuh tidak dapat tergantikan oleh alat.
"Jadi meskipun bisa bekerja lagi, tapi tetap tidak seoptimal orang yang tidak melakukan cuci darah," ucapnya.
Lebih lanjut dr Ningz mengungkapkan kerusakan pada ginjal umumnya tidak bergejala, sehingga banyak orang yang tidak sadar bahwa ginjalnya sudah berada pada kerusakan stadium akhir.
Umumnya, lanjut dia, kerusakan ginjal diakibatkan oleh penyakit diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol akibat sejumlah faktor risiko seperti gaya hidup yang tidak sehat, pola dan jenis makanan yang tidak benar, komposisi makanan yang tidak seimbang, jarang melakukan aktivitas fisik, dan merokok.
Untuk itu dia mengimbau masyarakat agar waspada kondisi ginjal agar jangan sampai rusak serta mewaspadai diabetes dan hipertensi dengan mengenali faktor risikonya, agar tubuh tetap sehat dan tidak harus melakukan terapi cuci darah.
"Usia muda jangan jumawa. Karena usia muda yang berpenyakit juga banyak. Jadi jangan mentang-mentang masih muda merasa bebas dari penyakit, itu tidak benar," tutur dr Ningz.
Berita Terkait
Bangka Barat tingkatkan kualitas pelayanan RSUD Sejiran Setason
9 Juli 2024 12:40
RSUD Abu Hanifah Bangka Tengah sediakan pelayanan cuci darah
13 April 2023 23:51
RSUD Soekarno Bangka Belitung buka layanan cuci darah
1 November 2022 11:21
Aktris senior Widyawati: Rima Melati sempat cuci darah saat dirawat intensif
23 Juni 2022 20:58
RSUD Sejiran Setason Dilengkapi Mesin Cuci Darah
18 Januari 2017 23:43
Pemkab Bangka Sediakan 30 Alat Cuci Darah
7 Oktober 2016 23:01
Babel kemarin, pembangunan irigasi sumur tanah hingga imbauan perbanyak minum air putih
31 Oktober 2024 00:39
Dinkes Belitung imbau masyarakat perbanyak minum air putih hadapi cuaca panas
30 Oktober 2024 13:04