Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menyatakan pertumbuhan usaha e-Commerce di Kepulauan Babel selama 2022 mencapai 24,79 persen atau naik pesat dibandingkan tahun sebelumnya.
"Saat ini internet dan digitalisasi telah mengubah cara berinteraksi antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Toto Haryanto Silitonga saat membuka FGD e-Commerce 2023, di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan jumlah usaha e-Commerce pada 2022 di Provinsi Kepulauan Babel meningkat 24,79 persen dibandingkan 2020. Sementara untuk usaha non e-Commerce pada 2022 mengalami penurunan 4,38 persen dibandingkan 2020.
"Jika kita lihat distribusinya, usaha e-Commerce yang ada di Babel ini baru mencapai 30,13 persen dari seluruh usaha cakupan sampel survei e-Commerce, hal ini menunjukkan walaupun secara jumlah usaha non e-Commerce lebih mendominasi, namun dari sisi pertumbuhan usaha e-Commerce lebih menunjukkan adanya peningkatan pesat," ujarnya.
Dia menyatakan sebagai instansi yang mengusung visi “Penyedia Data Statistik Berkualitas untuk Indonesia Maju”, BPS terus berupaya menyediakan data berkualitas yang dapat dijadikan landasan bagi pemerintah dalam perencanaan hingga evaluasi pembangunan.
"Salah satu bentuk penyediaan data bagi pemerintah yang dilakukan oleh BPS adalah melalui kegiatan Survei e-Commerce 2023 sebagai tindak lanjut dari Program Prioritas Nasional Kesatu yaitu 'Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan BerkeadiIan'," katanya lagi.
Menurut dia, pendataan ini bertujuan untuk menyediakan indikator pokok yang terkait dengan e-Commerce, serta mendukung penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB), dengan menyajikan nilai transaksi e-Commerce di Era Digital.
"Kegiatan FGD kita pada hari ini merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil dari Survei e-Commerce 2023 yang telah dilaksanakan oleh BPS sekaligus merupakan bentuk pengembangan dari pentahelix program, yang menjadi forum diskusi dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, badan/pelaku usaha, masyarakat, dan media massa," katanya.
Ia menambahkan berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) total transaksi e-Commerce di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif. Sepanjang 2022, total nilai transaksi e-Commerce mencapai Rp476,3 triliun, atau naik 18,78 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
"Transaksi ekonomi dan keuangan digital memang semakin digandrungi dan makin meluas ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan menjadi preferensi serta kebiasaan baru," katanya pula.
Dia menyatakan saat ini kehadiran e-Commerce tidak hanya memberi andil dalam mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat, namun juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi individu-individu untuk menjadi enterpreneur yang ke depannya diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.
"Tingginya potensi ekonomi digital telah mendorong pemerintah untuk terus memantau dan memperbaharui regulasi terkait e-Commerce. Untuk itu perlu ketersediaan data yang lebih lengkap dan dapat memetakan perkembangan e-Commerce di Indonesia, sebagai evidence based policy making dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan," katanya lagi.