Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Endokrinologi Anak dari RSAB Harapan Kita, Jakarta dr Aditya Suryansyah mengungkapkan hal yang kerap menjadi salah kaprah oleh masyarakat terkait diabetes yang diwariskan pada anak.
Salah satu di antaranya adalah anggapan bahwa diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan oleh faktor keturunan yang diwariskan oleh orang tuanya.
"Kalau (diabetes) tipe 1 itu kebanyakan bukan karena keturunan, tapi karena autoimun menyerang atau imunnya menyerang tubuhnya sendiri, sehingga terjadi kerusakan pada pankreas, dan kebutuhan insulin tidak terbentuk. Sehingga fungsi insulinnya tidak ada," katanya dalam diskusi mengenai kesehatan anak dengan diabetes yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Adit menjelaskan penderita diabetes tipe 1 biasanya dialami oleh anak pada usia 6-11 tahun, dengan gangguan berupa gula darah yang dihasilkan dari makanan tidak dapat diolah tubuh untuk menjadi energi.
Adapun kasus diabetes yang umumnya diturunkan oleh orang tua kepada anak, jelas dia, adalah diabetes tipe 2 yang biasanya didapatkan anak dari ibu yang melahirkan dalam keadaan memiliki penyakit diabetes.
"Biasanya, anaknya lahir dengan badan besar. Kemungkinan akan terjadi (diabetes pada anaknya) kalau dia pola hidupnya, berat badannya meningkat terus. Kemungkinan nanti akan terjadi diabetes tipe 2. Kalau (diabetes) tipe 1, biasanya autoimun, bisa terjadi kapan saja," ungkapnya.
Adit mengungkapkan beberapa indikasi anak dengan diabetes, seperti sering buang air kecil serta memiliki kondisi lapar dan haus yang berlebihan.
Meski demikian, terdapat beberapa ciri khusus yang menandakan adanya diabetes pada anak, seperti perilaku kembali mengompol meski sebelumnya sudah berhenti, sering mengantuk, lemas, dan tidak bertenaga, serta kondisi tubuh yang justru kurus dan terlihat seperti kurang nutrisi.
Untuk itu, Adit menganjurkan kepada orang tua untuk memeriksakan anaknya ke dokter bila menemui sejumlah gejala tersebut, agar anak segera mendapatkan pertolongan dari diabetes yang dideritanya.
Hal tersebut dikarenakan adanya sejumlah kasus diabetes pada anak telat ditangani, sehingga kandungan gula darah yang tinggi pada anak memecah protein dan lemak, kemudian menghasilkan asam yang kuat berupa keton, yang dapat menyebabkan anak muntah dan tidak sadarkan diri atau ketoasidosis.
"Jangan sampai sudah yang namanya ketoasidosis diabetikum. Artinya anak datang ke rumah sakit dengan tidak sadar, dengan sesak napas, itu sering terjadi yang kasus-kasus di UGD ya, anak-anak ternyata tidak dideteksi dia kena diabetes, itu yang menakutkan di situ," ucap Aditya Suryansyah.
Berita Terkait
Berikut cara mengenali ciri anak terkena diabetes
29 Maret 2023 09:55
10 cara mengendalikan konsumsi gula
9 Desember 2024 12:28
Studi tunjukkan konsumsi cokelat hitam dapat kurangi risiko diabetes
8 Desember 2024 17:59
28.559 warga Babel menderita diabetes melitus
29 November 2024 17:35
Pengobatan diabetes juga harus berfokus pada komplikasi
22 November 2024 14:36
Obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung
13 November 2024 14:01
Pakar tepis mitos seputar penyakit diabetes, apa saja?
7 November 2024 09:55
Kena diabetes sebelum usia 40 tahun bisa tingkatkan risiko kematian
27 Oktober 2024 11:12