Beijing (ANTARA) -
"Namun apa yang ada di baliknya?"
"Tidak ada apa-apa, saya kira. Hanya kegelapan. Malam yang pekat," tulis Paul Bowles dalam novelnya berjudul "The Sheltering Sky" rilisan tahun 1949, yang berkisah tentang sepasang suami-istri berkebangsaan Amerika yang melakukan perjalanan ke Afrika utara.
Sejak 2007, China telah membantu membangun 160 unit pembangkit listrik di seluruh Afrika, yang membantu menerangi langit malam di 27 negara, atau separuh dari benua tersebut. Sementara itu, 14 unit lainnya dalam tahap pembangunan, menurut data dari Pusat Kebijakan Pembangunan Global Universitas Boston.
Meskipun Afrika memiliki cadangan tenaga air, tenaga surya, dan tenaga bayu yang sangat besar, sebagian besar energi terbarukan di benua itu masih belum dimanfaatkan. China pun melangkah masuk untuk membantu benua itu mengubah potensi tersebut menjadi energi bersih nyata yang dapat dimanfaatkan.
Di Kenya timur laut, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Garissa yang didanai oleh China merupakan PLTS pertama yang memanfaatkan sumber daya energi matahari yang sangat melimpah di negara tersebut, menjadikannya PLTS terbesar yang terhubung ke jaringan listrik di kawasan Afrika timur dan Afrika tengah.
Di Afrika Selatan, Ladang Angin De Aar yang dikembangkan oleh perusahaan China memiliki kapasitas terpasang sebesar 244,5 megawatt. Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ini telah memenuhi kebutuhan 300.000 rumah tangga sejak resmi beroperasi pada 2017 dan membantu mengurangi 619.900 ton emisi karbon setiap tahunnya.
Hingga 2026 mendatang, 103 unit pembangkit listrik tenaga air (PLTA), enam PLTS, dan lima PLTB diharapkan akan mulai beroperasi, yang meliputi 66 persen dari total pembangkit listrik yang dibangun oleh China di Afrika.
Costantinos Berhutesfa Costantinos, seorang profesor kebijakan publik di Universitas Addis Ababa di Ethiopia, mengatakan bahwa multilateralisme menentukan arah dukungan China untuk Afrika dalam mengembangkan sumber energi bersih. "China telah membantu Ethiopia dan negara-negara Afrika lainnya dalam proses transformasi hijau rendah karbon."
Memberikan akses untuk kenyamanan hidup, perawatan kesehatan yang lebih baik, hingga mendatangkan lebih banyak kesempatan kerja. Beragam manfaat dari pembangkit listrik yang dibangun oleh China telah nyata dirasakan oleh banyak warga Afrika dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Berikut adalah beberapa contoh kisah dari manfaat yang dihadirkan oleh pembangkit listrik yang dibangun oleh China.
[Kisah 1] Akses untuk Kenyamanan Hidup
Di tanah yang gersang akibat terpapar sinar matahari di Baringo County, Kenya, Doris Loruk Chepalat dan keluarganya tinggal di sebuah rumah mungil dengan dua kamar, yang dahulu tidak tersentuh kenyamanan modern seperti suplai aliran listrik
Dahulu, mereka harus berjalan kaki ke pasar terdekat hanya untuk mengisi daya ponsel mereka.
Berkat kolaborasi antara perusahaan China Chuanshan International Mining Company dan Afridge Development Plan, sebuah panel surya kini telah terpasang di atap rumah Chepalat. Panel tersebut mampu menyalakan dua bohlam lampu, sebuah radio, dan mengisi daya ponsel seluruh keluarganya dengan tenaga surya.
Kini, anak-anak bisa belajar hingga larut malam, ungkapnya.
[Kisah 2] Mutu Perawatan Kesehatan
Pemadaman listrik dahulu sering terjadi di Pusat Kesehatan Ndejje IV di Distrik Wakiso, Uganda. Pemadaman itu membuat para ahli bedah terjebak di ruang operasi dan para bidan terpaksa menggunakan penerangan lampu ponsel untuk membantu proses persalinan.
Berkat pemasangan panel surya dari China, pusat kesehatan tersebut kini memiliki sumber daya listrik yang andal yang sangat penting untuk kelancaran perawatan ibu hamil dan penyimpanan vaksin.
"Sejak kami menggunakan tenaga surya, kami dapat mengatasi tantangan pemadaman listrik yang tidak dapat diprediksi," kata Geoffrey Kisuze, manajer pusat kesehatan tersebut, kepada Xinhua.
Evelyne Namuyanja, seorang penduduk setempat, mengatakan bahwa lampu tenaga surya di fasilitas kesehatan tersebut sangat membantu ketika dirinya menjalani operasi. "Sepanjang proses operasi, listrik terus menyala. Operasi itu berjalan dengan sukses. Sungguh luar biasa," tuturnya.
[Kisah 3] Kesempatan Kerja
Di Zambia, pembangunan PLTA berkapasitas 750 megawatt yang didanai oleh China telah membantu transformasi suplai listrik di negara tersebut dan menawarkan peluang karier yang signifikan bagi para tenaga kerja muda.
Diluncurkan pada September 2017, program pelatihan yang dilaksanakan di bawah naungan Institut Pelatihan Sinohydro telah membekali 332 tenaga kerja muda di PLTA Kafue Lower Gorge dengan berbagai keterampilan yang diperlukan baik untuk proses pembangunan fasilitas pembangkit listrik maupun untuk kebutuhan yang lebih luas di Zambia.
"Ini merupakan pengalaman yang sangat bagus, mengingat setelah saya menyelesaikan kursus kelistrikan untuk pembangkit listrik pun, mencari pekerjaan yang stabil di industri produksi masih merupakan tantangan besar. Datang ke Sinohydro dan mendapatkan pengalaman di industri sebesar ini telah memberikan manfaat yang signifikan bagi saya," ujar Gift Kapanda, seorang pakar teknologi kelistrikan di perusahaan asal China tersebut.