Beirut (ANTARA) - Pemerintah Lebanon akan mengadukan serangkaian ledakan perangkat elektronik yang terjadi di negara tersebut baru-baru ini yang melukai lebih dari 3.000 orang kepada Dewan Keamanan PBB, kata Perdana Menteri sementara Najib Mikati pada Rabu (18/9).
"Kami menginstruksikan agar mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan PBB dan meminta pertemuan untuk membahas agresi ini," kata Mikati seperti dikutip kantor pers pemerintah Lebanon.
Seorang sumber warga Lebanon mengatakan kepada Sputnik bahwa perangkat komunikasi selain penyeranta meledak di berbagai wilayah di Lebanon pada Rabu.
Media Lebanon melansir bahwa walkie-talkie yang meledak tersebut dibeli sekitar lima bulan lalu, yakni hampir bersamaan dengan penyeranta (pager) yang meledak pada Selasa.
Sedikitnya 14 orang tewas dan 450 orang lainnya terluka dalam gelombang kedua ledakan, kata Kementerian Kesehatan Lebanon.
Menurut Kemenkes, sebanyak 2.800 orang terluka dan sedikitnya 12 orang tewas akibat ledakan massal penyeranta pada Selasa.
Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menyalahkan Israel atas peristiwa ledakan tersebut.
Laporan media menyebutkan bahwa alat komunikasi penyeranta yang digunakan Hizbullah sebagai sistem komunikasi tertutup yang paling kokoh terhadap upaya peretasan dan penyadapan.
Sumber: Sputnik
Berita Terkait
Lebanon tuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata
29 November 2024 10:04
Respons dunia atas gencatan senjata Lebanon-Israel
28 November 2024 10:01
Lebanon-Israel sepakat akhiri konflik yang telah berlangsung setahun
27 November 2024 09:18
29 tewas, 67 terluka karena serangan Israel ke area padat warga Beirut
25 November 2024 13:36
Argentina jadi negara pertama yang tarik pasukannya dari UNIFIL
20 November 2024 13:01
Hizbullah akui tewasnya kepala hubungan media akibat serangan Israel
18 November 2024 14:24
Iran tegaskan akan dukung apapun keputusan yang diambil Hizbullah
16 November 2024 22:52
Pesawat tempur Israel kembali serang Beirut
16 November 2024 17:40