Paris (ANTARA) - Ribuan warga Prancis turun ke jalan di Paris, Lyon, dan Marseille pada Sabtu (21/9), untuk menuntut pengunduran diri serta pemakzulan Presiden Emmanuel Macron.
Para warga yang berdemonstrasi menuduh Macron mengabaikan hasil pemilu yang dimenangi Front Populer Baru (NFP), aliansi kiri-hijau.
Macron lebih memilih Michel Barnier, yang berhaluan tengah-kanan, sebagai perdana menteri daripada kandidat dari koalisi sayap kiri, Lucie Castets.
"Kami berjuang meyakinkan orang untuk memilih setiap saat, untuk menjelaskan pentingnya memilih," kata Laly, 23 tahun, kepada Anadolu.
Ia menekankan bahwa ketidakpedulian Macron terhadap hasil pemilu menimbulkan masalah besar bagi demokrasi.
Para pedemo kemudian mengumpulkan tanda tangan yang menuntut pemecatan Macron sebelum masa jabatan sang presiden berakhir pada 2027.
Selain pemecatan Macron, para pengunjuk rasa menuntut kenaikan upah minimun serta menurunkan usia pensiun.
Beberapa aktivis dari Kaledonia Baru juga ikut berdemonstrasi. Mereka mengeluhkan tingginya biaya hidup di wilayah kekuasaan Prancis di luar negeri.
Aksi protes tersebut melibatkan kalangan anggota parlemen, aktivis, dan pendukung Palestina.
Sumber: Anadolu
Berita Terkait
Presiden Prancis Macron tolak pengunduran diri PM Attal
9 Juli 2024 16:19
Sinyal cengkeraman sayap kanan menguat di Eropa
2 Juli 2024 09:24
Prabowo terima ucapan selamat dari Presiden Prancis
9 Maret 2024 11:41
Presiden Macron turun tangan minta para pemain Prancis temui suporter
20 Desember 2022 22:39
Presiden Rusia dan Prancis saling tuding soal keamanan PLTN Ukraina
12 September 2022 08:53
Mbappe: Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta dia tetap bersama PSG
7 September 2022 08:44
Macron dilantik sebagai presiden Prancis untuk masa jabatan kedua
7 Mei 2022 20:18
Prancis usir 231 tersangka ekstremis usai serangan terhadap guru
19 Oktober 2020 10:57