Dokter spesialis anak dr Dian Sulistya Ekaputri menyebutkan kandungan gizi yang terdapat pada susu pertumbuhan dapat mengatasi tiga masalah malnutrisi di Indonesia, yakni kekurangan gizi, gizi berlebih, dan kekurangan mikronutrien.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Dian menyebutkan bahwa kekurangan gizi seringkali terlihat pada anak-anak dengan stunting (pertumbuhan terhambat) atau wasting (berat badan sangat rendah). Selain masalah fisik, katanya, anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dapat menghadapi risiko perkembangan mental yang terhambat, serta masalah kesehatan yang serius.
"Sementara gizi berlebih akibat dari konsumsi makanan tinggi kalori tetapi rendah gizi ini sering mengarah pada obesitas, diabetes, dan berbagai penyakit tidak menular lainnya. Hal ini tidak terlepas dari perubahan gaya hidup dan pola makan yang lebih terfokus pada makanan cepat saji dan rendah nutrisi," kata dia menuturkan.
Di sisi lain, kekurangan mikronutrien, seperti vitamin, zat besi, dan yodium, sering kali tersembunyi dan sulit dikenali, namun dampaknya bisa sangat besar, seperti anemia akibat kekurangan zat besi, atau gangguan penglihatan dan sistem kekebalan akibat kekurangan vitamin A.
Oleh karena itu, dia menilai perlunya sumber asupan yang dapat memenuhi gizi yang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan nutrisi tersebut, salah satunya adalah susu, yang memiliki sejumlah manfaat.
Dia mencontohkan, susu formula dan pertumbuhan yang mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang secara optimal seperti zat besi dan vitamin C.
Susu pertumbuhan ada juga yang dilengkapi dengan IronC, yaitu kombinasi unik zat besi dan vitamin C, yang dapat mendukung penyerapan zat besi hingga 2 kali lipat, kata Dian.
Selain itu, manfaat susu formula juga dapat mendukung perkembangan intelegensi yang dibutuhkan di masa pertumbuhan seperti kemampuan belajar, kreativitas, hingga kemampuan dalam memecahkan masalah.
Nutrisi yang terkandung dalam susu formula dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk kemampuan belajar, kreativitas, dan pemecahan masalah," ucap Dr. Dian Sulistya Ekaputri.*