Jakarta (ANTARA) -
Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang terus berkembang pesat, karakter bangsa Indonesia harus mampu bertahan dan berkembang melalui dua aspek utama yaitu penguatan iman dan takwa serta literasi digital yang masif.
Penguatan iman dan takwa, sebagai aspek moral dan spiritual, memainkan peranan penting dalam membentuk individu yang memiliki akhlak mulia, sedangkan literasi digital menjadi kunci untuk memastikan bahwa generasi muda tidak hanya melek teknologi, tetapi juga mampu menyaring informasi dan memanfaatkannya dengan bijak.
Iman dan takwa adalah dua aspek yang sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Iman merujuk pada keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, sementara takwa berkaitan dengan kemampuan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajaran agama, kedua aspek ini dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia, termasuk masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Menurut teori moral development yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg (1981), perkembangan moral individu tidak hanya bergantung pada faktor lingkungan, tetapi juga pada pendidikan agama yang mengajarkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan rasa saling menghargai.
Iman dan takwa, dalam konteks ini, menjadi landasan yang kuat bagi pembentukan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa yang berlandaskan iman dan takwa akan menghasilkan individu-individu yang memiliki integritas, kedisiplinan, serta rasa saling menghormati dan membantu sesama.
Lebih lanjut, riset yang dilakukan oleh Mahmud (2018) menunjukkan bahwa pendidikan agama yang menguatkan iman dan takwa dapat meningkatkan kualitas karakter peserta didik, tidak hanya dalam aspek spiritual tetapi juga sosial dan emosional. Riset ini menegaskan bahwa generasi muda yang memiliki pondasi iman dan takwa yang kuat akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih bijak dan bertanggung jawab, baik dalam lingkup pribadi, sosial, maupun profesional.
Literasi Digital
Dalam dunia yang semakin digital ini, literasi digital menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting bagi setiap individu. Literasi digital mencakup kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang ditemukan melalui media digital. Di Indonesia, peningkatan literasi digital bukan hanya berkaitan dengan keterampilan teknis, tetapi juga dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi secara etis dan bertanggung jawab.
Dalam teori digital literacy yang dikembangkan oleh Paul Gilster (1997) menyatakan bahwa literasi digital tidak hanya mengacu pada kemampuan teknis untuk mengoperasikan perangkat digital, tetapi juga pada kemampuan untuk memahami, menafsirkan, dan berinteraksi dengan informasi dalam konteks yang lebih luas. Gilster menekankan pentingnya kemampuan kritis dalam menyaring informasi yang diperoleh di internet, mengingat maraknya penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan berbahaya.
Dalam konteks Indonesia, literasi digital memiliki relevansi yang tinggi, terutama untuk mengatasi masalah disinformasi dan radikalisasi yang sering menyebar melalui media sosial. Hasil riset oleh Hidayat et al. (2020) mengungkapkan bahwa literasi digital yang tinggi dapat membantu masyarakat untuk memilah informasi dengan lebih baik, meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara digital, serta mencegah penyebaran hoaks yang dapat merusak stabilitas sosial dan politik. Literasi digital juga memainkan peran kunci dalam mendorong kreativitas dan inovasi, yang sangat penting untuk memajukan bangsa di era digital.
Pembentukan karakter bangsa
Penguatan iman dan takwa serta literasi digital tidaklah berdiri terpisah, melainkan saling berhubungan dalam membentuk karakter bangsa yang kuat. Individu yang memiliki pondasi iman dan takwa yang kokoh akan memiliki moral yang baik dalam menggunakan teknologi. Sebaliknya, literasi digital yang baik akan membantu seseorang untuk lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terjebak dalam arus informasi yang salah atau merugikan. Dalam konteks ini, kedua aspek tersebut dapat saling melengkapi.
Menurut teori integrated moral education yang dikembangkan oleh Lickona (1992), pendidikan karakter yang baik adalah pendidikan yang mengintegrasikan aspek moral (seperti iman dan takwa) dengan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia modern, seperti literasi digital. Dalam hal ini, literasi digital bukan hanya tentang mengakses informasi, tetapi juga tentang menggunakan informasi dengan nilai-nilai moral yang benar dan bermanfaat bagi kemaslahatan bersama.
Contohnya, seseorang yang berlandaskan iman dan takwa akan cenderung menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat dan positif, serta menghindari penyebaran berita palsu atau konten yang merugikan. Melalui literasi digital yang baik akan memungkinkan individu tersebut untuk mengevaluasi kebenaran informasi yang diterima dan menyebarkan pesan-pesan yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh agamanya.
Meskipun penguatan iman dan takwa serta literasi digital sangat penting, implementasinya tidaklah mudah. Di tengah gempuran informasi yang cepat dan sering kali tidak terkontrol, masyarakat, terutama generasi muda, rentan terhadap pengaruh negatif yang dapat merusak karakter dan nilai-nilai moral. Selain itu, masih ada tantangan besar dalam meningkatkan literasi digital, terutama di daerah-daerah yang akses internetnya terbatas.
Namun, riset oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan literasi digital melalui pendidikan formal dan non-formal dapat membantu masyarakat untuk lebih siap menghadapi tantangan digital. Program-program literasi digital yang mengedukasi tentang etika digital, keamanan siber, dan cara menyaring informasi dengan kritis, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari informasi yang tidak benar dan memperkuat karakter bangsa.
Dalam hal penguatan iman dan takwa, tantangan terbesarnya adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari di tengah derasnya arus informasi yang cenderung mengikis moralitas. Pendidikan agama yang lebih komprehensif, yang tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga praktik kehidupan sehari-hari, perlu diperkuat agar generasi muda tidak kehilangan arah dalam menghadapi tantangan global.
Membangun karakter bangsa Indonesia melalui penguatan iman dan takwa serta literasi digital yang masif adalah langkah penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam memanfaatkan teknologi, tetapi juga memiliki moral dan etika yang tinggi.
Melalui pendekatan yang seimbang antara penguatan aspek moral dan keterampilan digital, Indonesia dapat membentuk generasi yang tidak hanya kompeten dalam dunia digital, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, penuh integritas, dan bertanggung jawab.
Untuk itu, pendidikan yang mengintegrasikan keduanya sangat diperlukan guna memastikan bahwa Indonesia mampu menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beriman, bertakwa, dan cerdas.
*) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi