Jakarta (Antara Babel) - Dalam upaya meningkatkan kinerja industri
nasional ke depan, diperlukan langkah-langkah strategis, antara lain
meliputi penguatan struktur, pembangunan kualitas sumber daya manusia
(SDM), penguasaan teknologi, dan pembangunan infrastruktur industri.
Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika
menjadi narasumber pada Indonesianisme Summit 2016 yang diselenggarakan
Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) di Jakarta.
“Hilirisasi industri akan memacu kegiatan ekonomi di sektor lainnya dan
mempunyai multiplier effect yang besar,” kata Airlangga lewat siaran
pers di Jakarta, Minggu.
Penguatan struktur industri diarahkan melalui hilirisasi karena
berdampak positif pada peningkatan nilai tambah di dalam negeri,
peningkatan devisa melalui substitusi impor, perluasan kesempatan kerja,
percepatan pertumbuhan ekonomi, percepatan penyebaran industri ke
seluruh NKRI, dan peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor.
Hilirisasi juga akan mendorong Indonesia ke dalam rantai pasok dunia
dengan menjadi produsen bahan setengah jadi atau bahan material yang
sudah diproses.
Langkah selanjutnya, sebut Airlangga, yang terpenting dalam pengembangan
industri nasional adalah menyiapkan kompetensi SDM yang sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha saat ini.
“Menciptakan SDM Indonesia yang terampil itu perlu melalui kegiatan
vokasi. Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo yang telah
mengeluarkan Inpres, dengan menekankan 60 persen materi pelajaran di SMK
itu harus terkait industri baik manufaktur maupun non manufaktur,”
tuturnya.
Mengenai penguasaan teknologi industri, Airlangga menyampaikan, ada tiga
kebijakan utama yang perlu dijalankan, yakni penguatan infrastruktur
kegiatan litbang, peningkatan adopsi dan alih teknologi, serta
pemanfaatan teknologi terkini.
“Upaya tersebut untuk menghadapi persaingan global yang saat ini semakin
ketat dan memasuki era Industri 4.0, sehingga diperlukan lompatan
perubahan yang signifikan dari industri nasional dengan menerapkan
teknologi digital,” terangnya.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian tengah memperluas pasar bagi
industri kecil dan menengah (IKM) melalui program e-smart IKM yang
bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan startup lokal.
Sedangkan menurut Menperin, langkah pembangunan infrastruktur industri,
tidak hanya membuat fasilitas pendukung seperti jalan, rel kereta api,
maupun pelabuhan.
Tetapi juga, upaya memenuhi kebutuhan energi industri, misalnya menjamin ketersedian dan harga gas yang murah.
“Bagi industri, infrastruktur energi itu listrik, gas, dan air,” ujarnya.
Diketahui, per 1 Januari 2017, tiga sektor yang akan mendapatkan harga
gas murah di bawah 6 dollar AS per MMBTU, yakni industri pupuk,
petrokimia, dan baja. Keputusan ini tertuang dalam Peraturan Menteri
ESDM Nomor 40 Tahun 2016 tentang Harga Gas Bumi untuk Industri Tertentu.
Namun demikan, Kemenperin tetap menginginkan lebih banyak sektor
industri bisa mendapatkan penurunan harga gas sesuai dengan yang telah
diusulkan, yakni 10 sektor dan industri yang berlokasi di kawasan
industri.
Untuk itu, Airlangga berharap, sektor penerima penurunan harga gas tersebut bisa kembali ditambah.
"Paling tidak sesuai dengan Perpresnya yang sejak April lalu sudah keluar," tegasnya.
Strategi Menperin Tingkatkan Kinerja Industri Nasional
Senin, 12 Desember 2016 0:07 WIB