Jakarta (Antara Babel) - Kementerian Perindustrian mendorong produksi mobil hibrida dan listrik, karena telah menyusun peta jalan atau roadmap bagi pengembangan industri otomotif nasional agar sektor prioritas ini semakin berdaya saing di pasar global.
Salah satu langkah yang tengah difokuskan adalah mendorong produksi kendaraan yang beremisi karbon rendah atau low carbon emission vehicle (LCEV).
Langkah ini sesuai tren dunia industri otomotif dengan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.
“Yang dimaksud pengembangan produksi kendaraan dengan emisi karbon rendah dan fuel economy lebih tinggi, seperti kendaraan dengan teknologi hybrid yang konsumsi bahan bakarnya sekitar 20-28 kilometer per liter dan di atas 28 kilometer per liter,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartaro lewat keterangannya di Jakarta, Minggu.
Airlangga menegaskan, dengan mengacu standar konsumsi bahan bakar tersebut, kendaraan dinilai telah hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
“Bahkan, pada pameran otomotif beberapa waktu lalu, sudah ada yang menampilkan mobil hybrid dengan konsumsi bahan bakar 2,5 liter untuk 100 kilometer. Jadi, hampir 40 kilometer per liter,” tuturnya.
Airlangga menjelaskan, Kemenperin telah berbicara dengan para pelaku industri otomotif nasional yang tergabung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengenai upaya pengembangan kendaraan masa depan tersebut, dan telah mendapat masukan serta respons positif.
“Produsennya mengaku sudah siap, begitu kebijakan yang kami buat ini diimplementasikan,” ujarnya.
Pengembangan mobil listrik, menurut Airlangga, telah tercakup dalam roadmap yang sedang digodok oleh Kemenperin.
“Kami berharap, pada tahun 2025, produksi mobil listrik sudah mencapai 20 persen dari total produksi kendaraan bermotor nasional,” imbuhnya.