Timika, Papua (Antara Babel) - Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen
Polisi Boy Rafli Amar dan Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih
Mayjen TNI George Elnadus Supit nyaris tertembak
Kelompok
Kriminal Bersenjata/KKB saat ikut mengevakuasi ratusan warga di Banti,
Kimbeli dan area longsoran, Distrik Tembagapura, Jumat kemarin.
"Saat
kegiatan evakuasi warga oleh tim gabungan TNI dan Polri, anggota kita
masih diserang dengan tembakan oleh KKB dari jarak jauh dan ketinggian.
Bahkan Bapak Kapolda dan Bapak Pangdam diberitakan hampir terkena," kata
Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad
Aidi di Timika, Sabtu.
Aidi mengakui upaya pembebasan 344 warga
sipil terisolasi di tiga tempat itu penuh risiko lantaran KKB terus
menghujani aparat dan warga dengan tembakan, meski dari jarak yang cukup
jauh.
"Itulah risiko yang diambil aparat TNI dan Polri untuk
menyelamatkan masyarakat demi kepentingan kemanusiaan. Terkadang
keselamatan dirinya sendiri diabaikan demi untuk menyelamatkan
masyarakat," kata Aidi.
Aidi mengisahkan detil proses pembebasan
344 warga itu. Dia menyebutkan, pasukan TNI sudah bergerak ke lokasi
sasaran sejak lima hari sebelumnya. Mereka terdiri dari Kopassus 13
personel, 20 personel dari Batalyon 751/Rider, dengan tugas khusus
merebut Kampung Kimbeli dari KKB.
Selain itu, Peleton Intai
Tempur Kostrad bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi dengan
personel masing-masing 10 orang. Tugasnya adalah merebut Kampung Banti.
"Mereka
bergerak dengan sangat senyap, sangat rahasia pada malam hari. Lalu
pada siang hari mereka mengendap, membeku. Sambil mempelajari situasi
secara perlahan sekali mereka sampai di
titik sasaran. Bahkan
dilaporkan satu hari sebelum jam yang disepakati untuk menyerbu, pasukan
kita sudah berada di lokasi masing-masing dan selama satu hari itu
mereka tidak makan," jelas Aidi.
Rencana menyerbu KKB yang berada
di Banti dan Kimbeli pada Kamis (16/11) urung dilakukan mengingat saat
itu kelompok separatis sudah membaur dengan masyarakat.
"Saat itu
anggota sudah meminta izin kepada Pangdam untuk segera mengatasi KKB
karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter dan ada anggota KKB yang
menenteng senjata api," kata Aidi.
Namun Pangdam Cenderawasih
memberikan petunjuk bahwa jika KKB masih membaur dengan masyarakat sipil
maka tidak boleh diapa-apakan karena operasi penumpasan KKB Tembagapura
itu lebih mengutamakan keselamatan warga sipil.
Lalu, Jumat pagi
kemarin, sejumlah pentolan KKB yang baru bangun bergerak ke pos-pos di
wilayah ketinggian yang sudah mereka dirikan. Di pos-pos itu sejumlah
bendera kelompok separatis Papua merdeka berkibar di sana.
Saat
itulah, pasukan TNI serentak menyerbu Kampung Kimbeli dan Banti.
Kelompok separatis bersenjata itu kocar-kacir menyelamatkan diri ke
dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan
tembakan bertubi-tubi.
Saat penyerbuan itu dilakukan, jarak pandang di lokasi itu hanya sekitar tiga hingga lima meter karena masih berkabut tebal.
Setelah
KKB lari kocar-kacir meninggalkan kedua kampung itu, aparat gabungan
TNI dan Polri lain bergegas menuju dua kampung itu untuk membebaskan
ratusan warga yang disandera.
Kolonel Aidi mengatakan saat proses
evakuasi warga masih berlangsung, kontak tembak antara aparat
TNI-Brimob dengan KKB masih terus berlangsung dalam kurun waktu kurang
dari dua jam.
"Kami belum bisa memastikan apakah dari pihak mereka ada korban atau tidak," kata Aidi.
Detik-Detik TNI dan Polri Bebaskan Ratusan Sandera KKB di Papua
Sabtu, 18 November 2017 22:22 WIB