Jakarta (Antaranews Babel) - Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyari memastikan Komisi I DPR akan memanggil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan untuk mempertanyakan langkah institusi tersebut melakukan deteksi dini terkait rentetan aksi teror di beberapa tempat di Indonesia.
"Pekan depan Komisi I DPR mengadakan Rapat Kerja dengan Kepala BIN untuk mengetahui bagaimana langkah deteksi dini yang dilakukan institusi tersebut kepada aparat keamanan," kata Abdul Kharis di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan Komisi I DPR belum bisa menilai rentetan aksi teror tersebut terjadi karena BIN lengah dalam melakukan deteksi dini.
Karena, menurut dia, Komisi I DPR baru bisa memberikan penilaian setelah mendengarkan penjelasan secara komprehensif yang disampaikan Kepala BIN dalam Rapat Kerja pada pekan depan.
"Rapat Kerja Komisi I DPR dengan mitra kerja kami lakukan untuk mengevaluasi kinerja dan memperbaharui informasi terkini yang dilakukan mitra kerja," ujarnya.
Namun dia menegaskan bahwa Raker yang akan berlangsung pada pekan depan tersebut akan ditekankan pada langkah BIN melakukan deteksi dini aksi teror.
Sebelumnya dalam aksi teror terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5), pelakunya adalah Dita Supriyanto dan istrinya, Puji Kuswari. Dalam aksinya tersebut, keduanya mengajak keempat anaknya.
Lalu aksi teror bom di Polrestabes Surabaya pada Senin (14/5), pelakunya adalah Tri Murtono dan Tri Ernawati. Dalam aksinya, keduanya mengajak ketiga anaknya, namun anak bungsu selamat dalam aksi teror tersebut.
Aksi teror juga terjadi di Markas Polda Riau pada Rabu (16/5) pagi yang dilakukan oleh sekelompok terduga teroris dengan menggunakan senjata tajam jenis pedang.
Kelima orang tidak dikenal tersebut menggunakan mobil berwarna putih masuk ke dalam Polda Riau dan melakukan penyerangan.
Dalam kejadian di Polda Riau tersebut, empat pelaku tewas dan satu orang diamankan pihak Kepolisian setelah sebelumnya berusaha kabur. Sementara itu satu orang personel polisi tewas, dua orang luka-luka dan dua jurnalis terluka.