Jakarta (Antara Babel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah sebesar 12 poin menjadi Rp11.947 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.935 per dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS menyusul masih khawatirnya pelaku pasar uang terhadap dampak peningkatan harga minyak mentah dunia akibat konflik di Irak.
"Meningkatnya harga minyak mentah dikhawatirkan dapat mengganggu perbaikan neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Menurut dia, faktor geopolitik masih akan membayangi sentimen pasar keuangan di Asia. Bila kondisi tersebut berlangsung dengan waktu yang lama maka nilai tukar rupiah akan kembali masuk ke dalam tren pelemahan.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen dari hasil pertemuan The Fed yang mempertahankan suku bunga rendah di level 0,25 persen diharapkan membuat tekanan rupiah terbatas.
"Dengan tetap bertahannya tingkat suku bunga Fed dalam beberapa periode ke depan akan memberikan peluang bagi aset di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang memiliki imbal hasil tinggi kembali dilirik investor," katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang dapat memanfaatkan kondisi itu untuk kembali masuk ke mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS menyusul masih khawatirnya pelaku pasar uang terhadap dampak peningkatan harga minyak mentah dunia akibat konflik di Irak.
"Meningkatnya harga minyak mentah dikhawatirkan dapat mengganggu perbaikan neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Menurut dia, faktor geopolitik masih akan membayangi sentimen pasar keuangan di Asia. Bila kondisi tersebut berlangsung dengan waktu yang lama maka nilai tukar rupiah akan kembali masuk ke dalam tren pelemahan.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen dari hasil pertemuan The Fed yang mempertahankan suku bunga rendah di level 0,25 persen diharapkan membuat tekanan rupiah terbatas.
"Dengan tetap bertahannya tingkat suku bunga Fed dalam beberapa periode ke depan akan memberikan peluang bagi aset di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang memiliki imbal hasil tinggi kembali dilirik investor," katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang dapat memanfaatkan kondisi itu untuk kembali masuk ke mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014