Jakarta (Antaranews Babel) - Wakil Ketua Komisi XI DPR Hafisz Tohir menyoroti rasio pembayaran utang negara yang saat ini besaran utang luar negeri Indonesia dilaporkan telah mencapai hingga sebesar 357 miliar dolar AS.
Hafisz Tohir dalam rilis, Selasa, menyebutkan bahwa pemerintah perlu untuk menekan utang luar negeri dengan memperluas pembiayaan terhadap sektor produktif dan tidak hanya fokus kepada infrastruktur saja.
"Pemerintah sudah melakukan pembangunan dari sektor produktif. Tapi kalau dikaji lebih dalam untuk produktivitasnya sampai mana, saya kira ini belum," kata politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Menurut dia, pembangunan dapat dikatakan produktif antara lain bila dapat menambah lapangan kerja serta meningkatkan daya beli warga sehingga industri juga bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan total utang pemerintah yang hingga Februari 2018 mencapai Rp4.034,8 triliun dimanfaatkan untuk kegiatan produktif bagi pembangunan.
"Utang itu produktif tidak ada yang konsumtif," kata Darmin di Jakarta, Jumat malam.
Darmin memastikan kemampuan pemerintah untuk membayar utang tersebut masih kuat, apalagi rasio utang terhadap PDB masih berada pada kisaran 28 persen-29 persen.
Untuk itu ia meminta masyarakat agar tidak mengkhawatirkan kemampuan pemerintah untuk mengelola utang tersebut, karena utang tersebut tidak berpotensi mengalami gagal bayar.
"Jangan terpengaruh dengan angka triliunan yang begitu besar," katanya.
Sebelumnya, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menjelaskan masyarakat seharusnya tidak terlalu mengkhawatirkan jumlah utang yang dipinjam pemerintah.
Hal itu karena indikator rasio utang pemerintah masih dalam level aman yakni sebesar 29,24 persen terhadap PDB dan diajukan secara hati-hati dan efisien.
Padahal batas maksimum utang pemerintah sebagaimana yang tercantum dalam UU Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, adalah 60 persen terhadap PDB.
"Utang ini akan naik terus sepanjang anggaran kita masih defisit. Yang kami lakukan adalah mengelola utang dengan baik, agar bisa membayarnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Hafisz Tohir dalam rilis, Selasa, menyebutkan bahwa pemerintah perlu untuk menekan utang luar negeri dengan memperluas pembiayaan terhadap sektor produktif dan tidak hanya fokus kepada infrastruktur saja.
"Pemerintah sudah melakukan pembangunan dari sektor produktif. Tapi kalau dikaji lebih dalam untuk produktivitasnya sampai mana, saya kira ini belum," kata politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Menurut dia, pembangunan dapat dikatakan produktif antara lain bila dapat menambah lapangan kerja serta meningkatkan daya beli warga sehingga industri juga bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan total utang pemerintah yang hingga Februari 2018 mencapai Rp4.034,8 triliun dimanfaatkan untuk kegiatan produktif bagi pembangunan.
"Utang itu produktif tidak ada yang konsumtif," kata Darmin di Jakarta, Jumat malam.
Darmin memastikan kemampuan pemerintah untuk membayar utang tersebut masih kuat, apalagi rasio utang terhadap PDB masih berada pada kisaran 28 persen-29 persen.
Untuk itu ia meminta masyarakat agar tidak mengkhawatirkan kemampuan pemerintah untuk mengelola utang tersebut, karena utang tersebut tidak berpotensi mengalami gagal bayar.
"Jangan terpengaruh dengan angka triliunan yang begitu besar," katanya.
Sebelumnya, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menjelaskan masyarakat seharusnya tidak terlalu mengkhawatirkan jumlah utang yang dipinjam pemerintah.
Hal itu karena indikator rasio utang pemerintah masih dalam level aman yakni sebesar 29,24 persen terhadap PDB dan diajukan secara hati-hati dan efisien.
Padahal batas maksimum utang pemerintah sebagaimana yang tercantum dalam UU Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, adalah 60 persen terhadap PDB.
"Utang ini akan naik terus sepanjang anggaran kita masih defisit. Yang kami lakukan adalah mengelola utang dengan baik, agar bisa membayarnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018