Jakarta (Antara Babel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp12.193 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.215 per dolar AS.
"Setelah mengalami tekanan pada hari sebelumnya (Selasa, 11/11), mata uang rupiah bertahap kembali menguat meski masih dalam kisaran yang sempit," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Rabu.
Kendati demikian, menurut Rully, potensi mata uang rupiah berbalik arah ke area pelemahan cukup terbuka menyusul masih negatifnya fundamental ekonomi Indonesia, pelaku pasar uang menanti kepastian realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) agar ruang fiskal dalam APBN menjadi lebih besar.
"Dengan ruang fiskal yang besar diharapkan dapat mendorong pembangunan infrastruktur lebih cepat sehingga nantinya dapat menunjang laju pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.
Di sisi lain, lanjut Rully, kinerja ekspor Indonesia juga diperkirakan masih rendah menyusul ekonomi global yang diperkirakan masih melambat sehingga akan mengganggu perbaikan defist neraca perdagangan Indonesia.
Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa kembali melemahnya laju mata uang yen Jepang setelah langkah PM Jepang Shinzo Abe yang menunda rencana kenaikan pajak penjualan dan lebih memfokuskan pada pemilu bulan depan dapat menjadi katalis negatif bagi mata uang domestik.
"Kondisi itu dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk kembali masuk ke mata uang dolar AS dan membuat apresiasi rupiah menjadi tertahan. Laju rupiah masih rentan terhadap pembalikan arah," kata REZA.