Jakarta (ANTARA News) - Dulu, sekitar abad 19, musik blues merupakan "teriakan" komunitas kulit hitam etnis Afrika-Amerika di semenanjung Delta Mississippi yang melantunkan lagu-lagu sedih (blues) khas melodi ras Afrika.
Blues kemudian berkembang pesat bahkan mempengaruhi perkembangan musik jazz, country dan rock.
Warna blues menjadi makin kaya setelah bercampur dengan berbagai genre seperti jazz, folk, rhythm blues, dan rock'n roll.
Pada perhelatan musik "Djarum Super Jakarta Blues Festival 2012," Sabtu (13/10), penikmat blues dibawa kembali ke masa keemasan musik blues tradisional lewat penampilan Guy Davis dan Bill Sims Jr. yang membawakan lagu-lagu Delta Blues dan Mississippi Blues.
Kedua musisi blues yang memiliki akar Afro-American itu bukan bernyanyi untuk mencurahkan kesedihan seperti yang dilakukan orang pada masa lalu, mereka merayakan musik blues bersama warna-warna musik lain yang disajikan puluhan penampil.
Dua musisi kawakan yang berasal dari tempat kelahiran musik blues itu membawakan musik blues tradisional: suara berat, gitar akustik, dan harmonika.
Dengan mengenakan kemeja warna merah mentereng dan peci hitam, Guy Davis asik memainkan gitar akustik dan harmonikanya seraya melantunkan beberapa lagu seperti "Bumble Blee Blues," "Walking Blues" dan "Saturday Blues."
Kepiawaian gitaris blues Amerika berusia 60 tahun itu bermusik memukau penonton. Raungan suaranya membuat penonton larut dalam musik blues-nya.
Dia juga membuat penonton makin suka dengan caranya berinteraksi lewat celotehan maupun permainan musiknya.
Saat Bill Sims Jr. bergabung naik ke panggung, mereka berdua berdialog dengan permainan gitar, kadang diselingi sahutan harmonika Guy Davis.
Penonton tidak tahu apa yang saling mereka katakan dengan permainan gitar mereka, namun sebagian memaknainya sebagai permainan musik dari hati.
Musik dua musisi itu mengalirkan energi kepada penonton, bukan energi yang membuat mereka berjingkrak-jingkrak, tetapi energi yang membawa mereka larut dalam perenungan.
Permainan musik mereka seperti mengakrabkan sehingga Guy Davis pun mengundang musisi lokal, Hari Pochang, untuk menyumbang irama dengan harmonikanya dan Adrian Adioetomo dengan petikan gitarnya.
Mereka melebur bersama dalam nada. Penonton pun ikut melebur, menikmati.
"Blues itu indah," kata Guy Davis.
Sementara Bill Sims mengatakan, "Musik blues itu tidak berbatas. Musik harus berirama dan yang terpenting, dari hati. Musik blues merupakan sebuah wujud ekspresi."
"Dan yang pasti blues bukan hanya musik untuk orang tua. Anak-anak muda banyak mendapat pesan dari blues," tambahnya.
Perkataannya terbukti, karena duetnya bersama Guy Davis berhasil membius penonton dari berbagai kalangan yang kebanyakan anak muda.
Sebuah perayaan
Musik blues berkembang seiring pergerakan zaman. Blues tak lagi menampilkan musisi yang hanya fokus pada gitar akustik, harmonika, atau piano tetapi dengan sajian full band.
Pertunjukan Jakarta Blues Festival pada Sabtu malam juga meriah dengan aneka ragam blues, dari blues tradisional sampai blues-rock dan campuran blues lain dari musisi masa kini.
Musisi muda asal Inggris, Davy Knowles, membawa blues-rock yang sangat-anak-muda.
Alih-alih memilih musik britpop yang begitu populer di negaranya, penyanyi berusia 24 tahun itu sudah memilih blues sejak menginjak usia 11 tahun.
Ia mendapat pengaruh besar dari Eric Clapton, Rory Gallagher, Peter Green, Mayall Bluesbreakers, dan John Meyer.
"Saya mengusung musik-musik yang berbasis blues. Blues adalah hidup saya," kata Davy yang terpilih oleh Gibson Guitars sebagai salah satu "Gibson Guitar Top 10 Guitarist 2012."
Keterikatan blues dengan genre musik lain juga terlihat dari puluhan penampil dengan berbagai aliran jenis musik termasuk The S.I.G.I.T dan The Brandals, Kotak, Naif, Balawan, dan Endah n Rhesa. Mereka menampilkan musik blues dengan interprestasi mereka.
Ada juga The Trees and The Wild dengan musik yang terasa etnik dengan selipan sampel paduan suara dari Biak, Papua.
Sementara musisi blues asal Belanda, Jan Akkerman, menampilkan blues yang lebih nge-band dengan unsur progresif dan rock.
Warna-warni musik mereka memperindah festival blues Jakarta yang kelima malam itu.
(M047)