Saya bingung dengan polemik frasa agama ini, karena alasan mengapa kita mengeluarkan Ketuhanan Yang Maha Esa? Karena itu adalah esensi tertinggi dalam keagamaan. Saya kira itu adalah yang terpenting, tapi ternyata ada polemik baru, katanya dalam rapat kerja dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa agama dan Pancasila sangat esensial bagi pendidikan bangsa. Selain kompetensi abad 21, Peta Jalan Pendidikan dirancang agar ekosistem pendidikan mampu menghasilkan anak-anak Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Kemendikbud tidak pernah berencana menghilangkan pelajaran agama. Agama merupakan bagian pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul yang bersifat holistik dan tidak terfokus kepada kemampuan kognitif saja, katanya.
Status Peta Jalan Pendidikan, kata dia, masih berupa rancangan yang terus disempurnakan dengan mendengar dan menampung masukan dan kritik dari berbagai pihak.
Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas masukan dan atensi dari berbagai kalangan tentang penambahan kata agama secara eksplisit, kata ini akan termuat pada revisi rancangan Peta Jalan Pendidikan selanjutnya, katanya.
Ia mengaku tidak menyangka ketiadaan frasa agama tersebut dapat memicu polemik di masyarakat, demikian Nadiem Anwar Makarim.