Jakarta (Antara Babel) - Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia,
Ganjar Laksmana Bonaparta, mempertanyakan pelimpahan kasus Komjen Pol
Budi Gunawan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke Kejaksaan Agung.
"Saya
berpandangan, putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang
memenangkan gugatan prapradilan Komjen Pol Budi Gunawan keliru. Namun,
saya tetap menghormati putusan pengadilan," kata Ganjar pada diskusi
dialektika di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan,
putusan PN Jakarta Selatan yang membatalkan penetapan status tersangka
Komjen Pol Budi Gunawan oleh KPK, sehingga status penyidikan diturunkan
lagi menjadi penyelidikan.
Dalam logika hukum, kata Ganjar, jika status penyidikan dibatalkan maka harus kembali ke penyelidikan.
"Kasus hukum yang statusnya masih penyelidikan tidak bisa dilimpahkan oleh KPK kepada Kejaksaan Agung," kata dia.
Ganjar
menambahkan, setelah statusnya kembali ke penyelidikan, seharusnya KPK
mengambil langkah menyelidiki lagi kasus ini, bukana malah melimpahkan
ke Kejaksaan Agung.
Jika dalam penyelidikan ulang KPK tidak menemukan cukup bukti, maka KPK dapat menghentikan penyelidikan.
"Sebaliknya,
jika KPK menemukan cukup bukti, maka KPK meningkatkan statusnya lagi ke
penyidikan. Setelah bersatus penyidikan, kalau KPK menilai lebih tepat
disidik oleh Kejagung, maka dapat dilimpahkan ke Kejagung," kata Ganjar.
Ganjar
mengingatkan Kejaksaan Agunguntuk mengkaji dan menganalisis kasus Budi
Gunawan yang dilimpahkan oleh KPK ke Kejaksaan Agung.
"Jangan sampai makin banyak lembaga penegakan hukum yang menangani proses hukum ini masuk dalam skenario khusus," sambung dia.
Berita Terkait
Anies minta pakar hukum TN kaji pernyataan Presiden terkait netralitas
25 Januari 2024 13:44
Pakar hukum soroti pertimbangan hakim dalam vonis Teddy Minahasa
9 Mei 2023 15:29
Pakar ingatkan Polri hati-hati tangani kasus Arteria Dahlan
5 Februari 2022 19:11
Pakar: MA tidak berwenang buat regulasi yang mengikat umum
4 Agustus 2020 10:39
Pakar Hukum: Negara demokrasi batasi masa jabatan presiden-wapres
23 Juli 2018 20:41
Pakar hukum tata negara Mahfud MD utarakan alternatif soal UU MD3
2 Maret 2018 09:18