Muntok (Antara Babel) - Tokoh masyarakat Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung meminta pemerintah daerah setempat mematenkan buah gasing jenis jantung agar tidak diklaim daerah atau negara lain.
"Permainan gasing yang menggunakan gasing bentuk jantung diduga kuat merupakan permainan tradisonal dari Muntok dan secara turun temurun berkembang di daerah ini. Kami khawatir jika tidak segera dipatenkan akan diklaim daerah atau negara lain," kata tokoh masyarakat Muntok, Sofyan Sahaba, Rabu.
Ia mengatakan, di Indonesia bahkan di seluruh dunia memang terdapat permainan gasing, namun buah gasing yang sudah diakui oleh Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ada dua yaitu gasing jenis jantung yang berasal dari Babel dan jenis berembang dari Tanjungpinang.
Selain diakui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, kata dia, dua jenis gasing tersebut juga menjadi standar permainan gasing prestasi yang dipertandingkan di tingkat nasional.
"Setiap kali ada eksebisi nasional yang diikuti seluruh provinsi di Indonesia, gasing jantung dan berembang yang dilombakan, bahkan aturan lomba juga sudah dibakukan dan menjadi pedoman dalam setiap kegiatan yang digelar Persatuan Gasing Seluruh Indonesia (Pergasi)," kata dia.
Sofyan yang juga pengurus Pergasi Babel meminta pemkab setempat segera mengusulkan agar kekayaan adat budaya lokal tersebut bisa dipatenkan.
Ia khawatir, jika tidak segera dipatenkan maka permainan itu akan diklaim oleh daerah atau negara lain yang saat ini selalu melakukan inovasi yang disesuaikan dengan zaman.
"Kami mendapat kabar ada negara lain sedang mencoba untuk memproduksi gasing jantung dengan menggunakan bahan fiberglass yang diyakini lebih presisi dan tepat ukuran beratnya, kami khawatir jika gasing tidak segera dipatenkan maka akan dicaplok negara tersebut dan kita hanya bisa gigit jari," kata dia.
Ia berharap pemkab tanggap dengan kondisi yang ada dan bergerak cepat untuk memberikan perlindungan terhadap gasing jenis jantung sehingga bisa dijaga kelestarian permainannya dan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan warisan nenek moyang tersebut.
Berdasarkan makalah yang disusun Ketua Harian Lembaga Adat Serumpun Sebalai, Suhaimi Sulaiman, pada Sarasehan permainan rakyat gasing tradisional dalam Festival Dunia Melayu Dunia Islam di Pangkalpinang 16 Desember 2013, disebutkan permainan gasing diduga sudah ada di Pulau Bangka sejak abad pertama Masehi dan berkembang pesat pada masa kekuasaan Kesultanan Palembang dan Malaka pada abad 18 dan 19.
Diduga kuat, tradisi permainan gasing berasal dari suku-suku Melayu yang berada di sepanjang pesisir Sumatera, Malaka dan Johor karena jenis kayu yang digunakan sebagai bahan pembuat gasing secara turun temurun merupakan kayu pohon yang banyak ditemukan di daerah itu, seperti kayu Menggeris (koompas excelsa), mentigi (pemphis acidula), leban (vilex pubascens) dan meranti (dipterocarpaceae).
