Jakarta (Antara Babel) - Dewan Kehormatan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Agum Gumelar mengomentari turnamen Piala Kemerdekaan bentukan Tim Transisi yang dinilainya keluar dari sistem olahraga sepak bola.
"Kalau ingin menyelenggarakan turnamen atau kompetisi, maka harus tahu bahwa kompetisi itu adalah suatu sistem. Sistem pembinaan prestasi secara berjenjang," kata Agum Gumelar di kantor PSSI Jakarta, Kamis malam.
Menurut mantan ketua umum PSSI periode 1999-2003 tersebut sebuah kompetisi sepak bola harus berjenjang untuk pembinaan prestasi klub dan pemain.
"Kalau di Indonesia strata yang paling tinggi adalah ISL dalam kompetisi kita ini, di bawahnya ada Divisi Utama, ada Divisi Satu Dua dan Tiga. Untuk bisa berlaga di ISL, klub harus bisa juara Divisi Satu, Dua, Tiga dan Divisi Utama, lalu promosi ke ISL. Sebaliknya tiga terbawah ISL terdegradasi, itu sistem," kata Agum yang juga merupakan mantan menteri koordinator bidang politik, sosial, dan keamanan.
Agum berpendapat bahwa untuk menyelenggarakan sebuah kompetisi, pesertanya tidak bisa diambil dengan cara melakukan pendaftaran. Menurutnya sebuah kompetisi sepak bola harus berjalan di bawah statuta FIFA.
"Jadi ketika pak Menpora menyelenggarakan kompetisi dan ditanya siapa pesertanya, pesertanya lihat siapa klub yang daftar, tidak bisa begitu. Kompetisi itu suatu sistem di bawah statuta FIFA," kata Agum.
Tim Transisi menyebutkan, turnamen Piala Kemerdekaan bakal dimulai pada 24 Juli mendatang dengan operator penyelenggara dari Mahaka Sports and Entertainment. Sementara itu, partai final yang akan dilangsungkan pada tanggal 15 Agustus akan diikuti dengan penyerahan Piala Kemerdekaan pada 17 Agustus, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.
Mengenai klub mana saja yang akan mengikuti turnamen Piala Kemerdekaan akan diambil dari yang mendaftar kepada Tim Transisi.