Belitung, Babel (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengajak umat Muslim di daerah itu untuk saling menghormati terkait perbedaan penentuan awal Ramadhan 1443 Hijriah.
"Kita harus menyikapi ini dengan sikap toleransi, tenggang rasa dan jangan saling menyalahkan, merasa paling benar apalagi saling menyudutkan," kata Sekretaris MUI Belitung, Ramansyah di Tanjung Pandan, Sabtu.
Menanggapi perbedaan penetapan 1 Ramadhan 1443 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah, ia mengatakan, dalam menentukan awal Ramadhan dapat menggunakan dua metode, yaitu hisab (penghitungan secara astronomis posisi bulan) dan metode rukyat (pengamatan visibilitas hilal atau anak bulan).
"Maka ini hanyalah perbedaan metode saja, karena metode hisab maupun rukyat saling melengkapi dan menguatkan. Selama itu memiliki argumen kuat maka boleh-boleh saja," katanya.
Dia meminta, perbedaan tersebut harus menjadikan umat Muslim di daerah itu tenggang rasa, toleransi dan saling menghormati karena kejadian ini bukan hal yang baru dan dulu pernah terjadi.
"Kejadian ini adalah hal yang terulang kembali dan dulunya perbedaan penetapan awal Ramadhan pernah terjadi, namun kita tetap rukun dan saling menghormati," katanya.
Ia mengajak, umat Muslim di daerah itu untuk lebih memfokuskan diri dalam beribadah selama bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah.
"Ketimbang terus membahas perbedaan, mari kita sama-sama salin meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan," demikian Ramansyah.