Pangkalpinang (Antara Babel) - Transaksi lada hitam di pedagang pengumpul Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengalami peningkatan yang mencapai 350 kilogram per hari dibanding sebelumnya hanya kisaran 10 kilogram.
"Saat ini petani terpaksa memanen buah lada yang masih muda, karena tanaman komoditas ekspor tersebut mati akibat kekurangan air," kata pedagang pengumpul lada Ellan di Pangkalpinang, Selasa.
Selama musim kemarau panjang ini, kata dia, petani kesulitan mendapatkan air, sehingga banyak tanaman lada mati kekeringan.
"Baru kali ini terjadi peningkatan transaksi lada hitam. Biasanya transaksi didominasi lada putih, karena harganya lebih tinggi dibanding harga lada hitam," ujarnya.
Ia mengatakan saat ini harga lada hitam masih bertahan stabil Rp70 ribu per kilogram dan harga lada putih bertahan tinggi Rp178 ribu per kilogram.
"Harga lada putih cukup tinggi, karena permintaan eksportir yang mengalami peningkatan, sementara hasil lada putih petani kurang," ujarnya.
Sementara itu, kata dia, permintaan eksportir terhadap lada hitam kurang, sehingga harga komoditas ini diperkirakan akan mengalami penurunan.
"Kondisi cuaca yang panas ini cukup merugikan petani, karena mereka tidak bisa menikmati harga lada putih yang tinggi, seiring banyaknya tanaman lada mati akibat kekurangan air," ujarnya.