Koba, Babel (ANTARA) - Angka kasus stunting (kondisi gagal tumbuh pada anak usia balita) di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2021 tercatat sebesar 3,31 persen.
"Angka tersebut turun dibanding tahun sebelumnya 3,40 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, Anas Maaruf di Koba, Selasa.
Anas menjelaskan, angka prevalensi atau tingkat penyebaran stunting pada balita di Bangka Tengah mencapai 3,31 persen dengan lokus stunting di 13 desa dari enam kecamatan di daerah itu.
Lokus stunting di 13 desa di antaranya Batu Belubang, Belilik, Desa Tanjung Gunung, Lubuk Pabrik, Kulur Ilir, Sungai Selan, Sungai Selan Atas, Sarang Mandi, Romadhon, Tanjung Pura, Keretak Atas, Melabun, dan Kerantai.
"Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun," jelas Anas.
Menurut dia, kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan lainnya.
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi antara lain praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses akhir bersih dan sanitasi, sehingga penanganannya perlu dilakukan multi sektor.
“Sayangnya stunting ini acapkali terlambat dikenali, baru dapat dilihat setelah dua tahun," ujarnya.
Annas menjelaskan, dari sembilan Puskesmas yang ada, angka prevelensi tertinggi pada 2021 tercatat di Kecamatan Sungaiselan dengan prevelensi stunting sebesar 13,59 persen.
Prevelensi stunting berdasarkan data dari E-PPGBM Tahun 2021 mencatat tingkat penyebaran di tiap Pukesmas yakni Koba 0,03 persen, Lubuk Besar 4,60 persen, Perlang 3,60 persen, Pengkalan Baru 0,15 persen, Benteng 4,87 persen, Namang 3,48 persen, Sungai Selan 13,59 persen, Lampur 2,14 persen dan Simpang Katis 1,09 persen,” terangnya.
“Upaya pencegahan stunting ini sudah kita lakukan sejak lama, mulai dari pelayanan di Posyandu, seperti sosialisasi mengatur pola makanan anak, pola asuh anak, pengecekan ketersediaan sumber air bersih, kesehatan dan akan terus kita lanjutkan,” tutup Anas.