Belitung (ANTARA) - Pemeluk Hindu di Desa Adat Girijati, Dusun Balitung, Desa Pelepak Putih, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Selasa mengarak empat ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1945.
"Empat ogoh-ogoh ini kami arak berkeliling kampung dari ujung utara ke ujung selatan kampung," kata Ketua Desa Adat Girijati I Made Duniarta.
Ia menjelaskan bahwa ogoh-ogoh adalah patung yang dibuat menyeramkan untuk menyimbolkan sosok jahat atau setan yang dapat mengganggu jalannya perayaan Nyepi.
"Ogoh-ogoh menyimbolkan Bhuta Kala, yakni roh-roh jahat yang akan mengganggu perayaan Nyepi," katanya.
Menurut dia, ogoh-ogoh diarak keliling kampung agar bisa menyerap energi negatif yang bisa menodai Hari Raya Nyepi.
"Untuk menyerap kekuatan negatif kemudian dinetralisir menjadi kekuatan positif," katanya.
Ia mengatakan bahwa setelah diarak keliling kampung, ogoh-ogoh dibakar pada pukul 18.00 WIB.
Pembakaran ogoh-ogoh, menurut dia, merupakan simbol pemusnahan roh-roh jahat
Selanjutnya, kata dia, pemeluk Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian pada Rabu (22/3).
Selama melaksanakan Catur Brata Penyepian, pemeluk Hindu menjalankan empat pantangan wajib, yakni tidak berkegiatan dan bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu dan api (amati geni), tidak berpergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan).
"Selama perayaan Nyepi akan ada empat pecalang yang akan bertugas memantau jalannya perayaan Nyepi," kata I Made Duniarta.