Cape Canaveral, Florida (Antara Babel) - Si mungil Merkurius, planet
terdalam di tata surya, melintasi wajah matahari pada Senin (9/5),
menyuguhkan pemandangan sekali setiap sepuluh tahun atau lebih ketika bumi dan tetangganya yang lebih kecil berada dalam posisi sejajar di
antariksa.
Perjalanan yang disebut para astronom sebagai
"transit" itu dimulai dengan apa yang terlihat seperti titik kecil hitam
di pinggir matahari pada pukul 07.12 pagi EDT (1112 GMT) dalam
gambar-gambar yang disiarkan langsung NASA TV.
Sepanjang tujuh
setengah jam selanjutnya, Merkurius yang melakukan perjalanan dengan
kecepatan 30 mil (48 kilometer) per detik, melintasi wajah matahari,
memperlihatkan pemandangan yang terakhir terlihat tahun 2006.
"Semua
ini tentang perspektif," kata Jim Green, kepala ilmu planet Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalam diskusi panel yang disiarkan NASA
TV.
Orbit Merkurius mengelilingi matahari lebih miring ketimbang
Bumi, karenanya jarang sekali terlihat melewati matahari dari garis
pandang Bumi, kata Green.
Sekitar 13 kali dalam satu abad,
Merkurius dan Bumi sejajar, memberi kesempatan kepada para pengamat
bintang dan astronom profesional untuk menyaksikan Merkurius lewat
antara Bumi dan matahari.
Transit Merkurius pada Senin adalah
yang pertama sejak Misi MESSENGER NASA ke Merkurius, yang mengelilingi
planet itu dari 2011 sampai 2015.
Pesawat antariksa itu menyiarkan detail mengejutkan tentang Merkurius, yang punya banyak kawah dan lansekap sangat beragam.
Meski
suhu permukaan Merkurius sampai 800 derajat Fahrenheit (427 derajat
Celsius), cukup panas untuk melelehkan timbal, planet ini juga memiliki
kawah-kawah tempat matahari tidak pernah bersinar.
Lubang-lubang yang suhunya bersaing dengan tempat-tempat terdingin di tata surya ini mengandung air beku dan bahan organik.
Selama
transit Senin, para astronom berharap bisa membangun temuan MESSENGER
dengan belajar lebih banyak tentang gas-gas yang menguap dari permukaan
planet.
"Pengeluaran gas-gas" tersebut kemungkinan merupakan faktor yang mengapa Merkurius menyusut, kata Green.
Para
astronom juga menggunakan transit untuk menyesuaikan sensor pada trio
teleskop antariksa dan menyempurnakan teknik untuk melihat planet-planet
di luar tata surya.
"Ketika satu planet melintas di depan
matahari, itu menyebabkan tingkat kecerahan matahari meredup. Para
ilmuwan bisa mengukur peredupan kecerahan serupa pada bintang-bintang
lain untuk menemukan planet-planet yang mengorbiti mereka," kata NASA
seperti dikutip kantor berita Reuters.
Merkurius baru akan
melintas di antara matahari dan Bumi lagi pada 2019. Sesudahnya,
kesempatan berikut untuk menyaksikan peristiwa itu tidak akan datang
sampai tahun 2032.
Berita Terkait
Matahari capai periode maksimum aktivitas dalam siklus 11 tahun
19 Oktober 2024 12:19
Badai Matahari yang kuat akan landa Bumi, perlu waspada di jaringan listrik
11 Oktober 2024 14:53
BRIN: Gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di Indonesia
2 Oktober 2024 15:42
BMKG: Gerhana Matahari Cincin tak timbulkan dampak di Indonesia
2 Oktober 2024 09:40
Waspada paparan sinar matahari pada kesehatan bibir
29 Juni 2024 11:06
Hoaks! Bumi akan gelap pada 8 April 2024
28 Maret 2024 09:33
Dampak psikologis saat gerhana
27 Maret 2024 08:59
Hari tanpa bayang tak picu cuaca panas terik karena terlindungi awan
22 Februari 2024 12:48