Pangkalpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempermudah nelayan tradisional untuk bahan bakar minyak (BBM bersubsidi), guna menjaga stabilitas harga ikan di masyarakat di daerah itu.
"Selama ini nelayan ini susah mendapatkan solar bersubsidi, sehingga harga ikan mahal," kata Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Babel Ahmad Yani di Pangkalpinang, Minggu.
Ia mengatakan Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu telah mengeluarkan surat edaran, untuk mempermudah kapal-kapal nelayan di bawah 10 gronsston mendapatkan BBM bersubsidi.
"Kita akan mengatur sebaik mungkin, agar nelayan-nelayan rentan ini mudah mendapatkan solar bersubsidi untuk melaut," ujarnya.
Menurut dia harga ikan di Kepulauan Babel tinggi, tidak hanya disebabkan nelayan tradisional sulit mendapatkan BBM bersubsidi tetapi juga kapal-kapal nelayan di atas 10 gronsston tidak membongkar hasil tangkapan ikan di pasar Pulau Bangka dan Belitung.
"Kapal-kapal ikan berskala besar ini menjual hasil tangkapan ikannya di tengah laut atau menjual ke daerah lain, sehingga ketersediaan ikan di pasar lokal kurang dan harga melambung tinggi," katanya.
Ia menyatakan kapal ikan berskala besar ini menjual ikan berkualitas bagus ke daerah lain atau ke perusahaan ekspor perikanan, sementara ikan berkualitas jelek di jual di Babel dengan harga tinggi.
"Saat ini harga ikan ciu, kerisi dan lainnya mengalami kenaikan, karena stok di pasaran kurang dan ini menjadi salah satu pemicu inflasi di Kepulauan Babel," katanya.
Ia menambahkan dalam menjaga stabilitas harga ikan yang terjangkau bagi masyarakat, saat ini Pemprov Kepulauan Babel bersama Badan Ketahanan Pangan sedang mengusahakan pembangunan gudang pendingin ikan.
"Setiap provinsi di Indonesia membutuhkan cool storage atau gudang pendingin ikan, jadi kita berusaha untuk mempercepat pembangunan cool strage ini, siapa cepat maka dia akan dapat," katanya.