Jakarta (Antara Babel) - Para siswa baru menyambut positif kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang melarang Masa Orientasi Sekolah (MOS)
pelajar atau organisasi siswa intra sekolah (OSIS). - See more at: http://www.suaranews.com/2016/07/mendikbud-resmi-larang-masa-orientasi.html#sthash.Qft67atN.dpuf
pelajar atau organisasi siswa intra sekolah (OSIS). - See more at: http://www.suaranews.com/2016/07/mendikbud-resmi-larang-masa-orientasi.html#sthash.Qft67atN.dpuf
oleh pelajar atau Organisasi Siswa Intra Sekolah pelajar atau organisasi siswa intra sekolah (OSIS). - See more at: http://www.suaranews.com/2016/07/mendikbud-resmi-larang-masa-orientasi.html#sthash.Qft67atN.dpuf
(OSIS)."Bagus, jadi tidak ada bully (perudungan) dari senior," kata Jeremy, siswa baru SMA swasta Ignatius Slamet Riyadi di Jakarta Timur pada Antara News, Minggu.
Di sekolahnya, MOS diganti dengan pengarahan dari guru-guru selama tiga hari. Ia sama sekali tidak diwajibkan membawa atribut aneh yang kerap mewarnai pelaksanaan orientasi siswa baru.
Hal yang sama dirasakan oleh Dida Muhammad Erlangga, siswa baru SMA Negeri 46, Jakarta Selatan. Ia senang bisa punya waktu lebih untuk mempersiapkan mental menjalani fase "putih abu-abu" ketimbang repot mempersiapkan atribut untuk MOS.
"Tapi agak sedih juga, karena biasanya banyak momen unik dan berkesan saat MOS," imbuh Dida.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melarang siswa mengadakan MOS untuk menghindari aksi perploncoan atau bullying hingga kekerasan yang dilakukan senior terhadap adik kelas yang baru masuk sekolah.
Kini, pengenalan lingkungan sekolah harus dilaksanakan guru di sekolah yang bersangkutan dengan kegiatan edukatif dan menyenangkan.