Doha (ANTARA) - Qatar pada Selasa (29/10) menyatakan bahwa upaya mediasi yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza masih terus berlangsung, dengan menyampaikan optimisme untuk tercapainya kesepakatan di tengah kekerasan yang meningkat.
Upaya terus berjalan, dan kami berharap ada terobosan, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Majed al-Ansari, dalam konferensi pers di Doha, setelah putaran terbaru perundingan yang diselenggarakan oleh Qatar.
Menunjukkan adanya kemajuan penting dalam menyelaraskan pandangan dan bekerja menuju kesepakatan bersama dalam negosiasi, dia enggan memberikan rincian spesifik atau berkomentar mengenai isi negosiasi.
Putaran perundingan terbaru di Qatar telah mencakup diskusi antara kepala Mossad Israel David Barnea, Direktur CIA William Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, di mana sesi pada Minggu (27/10) lalu dilaporkan berfokus pada kesepakatan potensial dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang melibatkan pertukaran tahanan dan gencatan senjata.
Menurut saluran Israel Channel 12, sumber-sumber Israel melaporkan adanya kemajuan pada kerangka kesepakatan yang baru-baru ini direvisi, meskipun rinciannya masih dirahasiakan.
Ketika ditanya mengenai waktu putaran berikutnya dari pembicaraan gencatan senjata, juru bicara tersebut mengatakan, Tanggalnya belum dapat dikonfirmasi saat ini, tetapi banyak kontak tengah berlangsung.
Ia juga menyoroti upaya lebih luas Qatar dalam jalur-jalur paralel untuk mengurangi eskalasi di Lebanon dan mengakhiri perang di Gaza, menambahkan bahwa Qatar sedang berkoordinasi dengan mitra di Mesir dan AS, berbagi gagasan demi tercapainya gencatan senjata yang berkelanjutan.
Israel memperkirakan bahwa sekitar 101 orang yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah tewas akibat serangan udara Israel yang dilakukan sembarangan di wilayah padat penduduk.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar sejauh ini belum berhasil membuahkan gencatan senjata di Gaza, namun Washington tetap yakin bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel pada 18 Oktober lalu mungkin akan membawa terobosan dalam perundingan.
Hamas, di sisi lain, menyatakan bahwa konflik akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye serangan militer di wilayah yang diblokade tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 43.060 orang sejak tahun lalu.
Sumber: Anadolu