Pangkalpinang (ANTARA) - Manajemen PT Timah Tbk menyatakan penenggelaman 240 artificial reef pada 2022 di Perairan Rambak Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah berhasil menjadi terumbu karang alami berbagai biota laut di lingkar tambang.
"Alhamdulillah, ratusan terumbu karang buatan yang ditenggelamkan PT Timah sudah menjadi terumbu karang alami dan menjadi habitat baru bagi berbagai biota laut," kata Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk Anggi Siahaan di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan PT Timah Tbk secara konsisten sejak tahun 2016 silam telah menenggelamkan ribuan artificial reef di Perairan Bangka sebagai salah satu bentuk reklamasi laut yang dilakukan perusahaan sekaligus upaya untuk memulihkan ekosistem laut.
"Penenggelaman artificial reef berhasil tidak hanya di Perairan Rambak, tetapi juga beberapa lokasi seperti di Perairan Rebo dan Penyusuk Kabupaten Bangka, Pulau Panjang dan Pulau Pelepas Kaupaten Bangka Tengah, Perairan Tanjung Kubu Kabupaten Bangka Selatan dan Perairan Tanjung Ular dan Malang Gantang Kabupaten Bangka Barat," katanya.
Ia menyatakan keberhasilan artificial reef menjadi terumbu karang alami ini berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Yayasan Sayang Babel Kite bersama Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung pada 15 Maret 2025.
"Keberhasilan ini tentunya menjadi indikator keberhasilan dalam membangun ekosistem bawah laut yang sehat dan memberikan dampak bagi biota laut di wilayah operasional perusahaan," katanya.
Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung Indra Ambalika mengatakan hasil monitoring menunjukkan artificial reef yang ditenggelamkan telah ditempeli karang alami sehingga banyak ikan-ikan yang datang.
"Ini artinya terumbu karang buatan sudah menjadi terumbu alami. Yang membuat rasa bahagia, ikan karang indikator juga ada di kawasan itu tidak hanya ikan-ikan target yang memiliki nilai ekonomis tinggi," katanya.
Ia menyatakan beberapa jenis ikan indikator yang ada di perairan ini seperti dari famili chaetodontidae, pomacentridae, apogonidae dan banak jenis ikan lainnya, sedangkan ikan target yang ada di perairan ini seperti ikan seminyak, kakap merah, kerapu, tompel, dan sisik tembaga.
"Penenggelaman artificial reef ini terbilang berhasil karena jika dilihat dari indeks keanakeragaman hayati sudah lebih dari 30 jenis ikan yang berada di sekitar artificial reef," katanya.
Ia mengapresiasi PT Timah Tbk rutin melakukan penenggelaman artificial reef sebagai upaya pengelolaan ekosistem laut yang dilakukan perusahaan.
"Setelah ditenggelamkan, biasanya akan dilakukan monitoring dan perawatan media selama tiga tahun. Dalam monitoring ini kita bisa melihat komposisi jenis ikan dan penempelan alami. Sedangkan untuk perawatan seperti memperbaiki posisi artificial reef, membersihkan sampah yang tersangkut seperti jaring atau sampah kantong plastik. Ini upaya berkelanjutan sehingga hasilnya bisa dirasakan nelayan," ucapnya.
Ia menambahkan koordinat penenggelaman artificial reef ini juga sudah dibagikan kepada nelayan sehingga memudahkan mereka untuk menangkap ikan.
"Dalam melaksanakan penenggelamaan artificial reef PT Timah Tbk berkolaborasi dengan kelompok nelayan dan untuk koordinat penenggelaman juga dibagikan, sehingga nelayan sebetulnya bisa memanfaatkan ini agar mereka mudah untuk mencari titik penangkapan ikan," ujarnya.