Tanjungpandan, Belitung (ANTARA) - GoTo Impact Foundation (GIF) sebagai organisasi nirlaba yang didirikan oleh grup GoTo bekerja sama dengan changemakers, pemangku kepentingan, dan masyarakat menghadirkan inovasi "Berikanesia Lestari" guna mendukung ekonomi biru di Pulau Belitung.
Monica Oudang, Ketua GoTo Impact Foundation di Air Seru, Sijuk, Rabu mengatakan inisiatif ini menargetkan pengurangan limbah ikan, penyediaan pakan terjangkau, dan peningkatan pendapatan masyarakat hingga 25 persen.
"Berikanesia Lestari merupakan konsorsium dari tiga organisasi yaitu Ikanesia, Berikan Protein, dan Selaras Muba Lestari. Inisiatif ini lahir dari program unggulan Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0 yang diinisiasi GoTo Impact Foundation untuk mempercepat inovasi akar rumput di berbagai daerah," katanya.
Ia menjelaskan, sebuah transformasi membutuhkan keberanian untuk mencoba dan melihat peluang baru di balik setiap tantangan.
"Sejak empat tahun lalu dari pengalaman mendampingi 138 changemakers di enam wilayah Indonesia, kami belajar bahwa inovasi dari akar rumput jika digerakkan oleh lintas sektor menyumbangkan waktu, keahlian, dan sumber daya akan menciptakan perubahan yang nyata dan berdampak luas," ujarnya.
Ia menambahkan, proyek Berikanesia Lestari bekerja sama dengan kecamatan dan desa di Pulau Belitung yaitu Air Seruk, Tanjung Binga, dan Tanjungpandan untuk bersama-sama mengatasi tantangan lokal dan mendorong solusi berkelanjutan di area masing-masing.
"Desa Air Seruk memiliki potensi alam yang besar dalam sektor pertanian dan perikanan, ironisnya angka stunting di wilayah tersebut mencapai 18,37 persen salah satu yang tertinggi di Kecamatan Sijuk dan jauh dari target penurunan prevalensi stunting nasional yang diharapkan mencapai 14 persen," katanya.
Sementara di Kecamatan Tanjungpandan dan desa Tanjung Binga yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah pasar ikan.
"Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini berpotensi merusak ekosistem laut dan mendorong kenaikan harga ikan dalam jangka panjang," ujarnya.
Perwakilan konsorsium Berikanesia Lestari, Muhammad Farhan Yusron di Air Seru, Sijuk mengatakan untuk menjawab tantangan ini ada empat strategi utama yang diharapkan dapat menciptakan multipliereffect (efek berganda) di bidang ketahanan pangan, lingkungan, dan kesehatan di ke tiga desa itu.
Ia menyebutkan, strategi utama itu diantaranya adalah pengolahan limbah ikan menjadi pakan terjangkau, limbah ikan diolah menjadi pelet ikan berkualitas tinggi dan murah yang diolah dengan mesin secara higienis dan telah melewati hasil uji proksimat.
Selanjutnya rehabilitasi kolong untuk budidaya ikan air tawar bernutrisi, lahan bekas tambang diubah menjadi ekosistem budidaya ikan air tawar bernutrisi, seperti ikan bandeng, untuk menciptakan alternatif ekonomi bagi mantan penambang.
Kemudian pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pelatihan dan pendampingan UMKM untuk mengolah dan memasarkan produk perikanan hasil budidaya ikan di lahan bekas tambang.
Selanjutnya edukasi gizi, pendampingan, dan pemantauan anak, program ini mencakup edukasi gizi untuk ibu balita dan kader kesehatan masyarakat, intervensi makanan tinggi protein menggunakan produk budidaya ikan, serta pemantauan rutin status gizi anak menggunakan indikator berat dan tinggi badan.
"Melalui keempat strategi ini, 123 orang masyarakat yang mendapat pelatihan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan mereka sebesar 15–25 persen di atas upah minimum daerah, sekaligus memperbaiki status gizi balita hingga 30 persen," katanya.
Berikanesia Lestari juga akan ditopang oleh kolaborasi erat dengan kelompok nelayan dan petani tambak dalam mengolah limbah ikan.
Program ini menargetkan produksi 40.000 kilogram pakan ikan dengan harga jual 53 persen lebih murah dari harga pasar.
"Untuk budidaya ikan air tawar bernutrisi di kolong, Berikanesia Lestari akan berkoordinasi dengan dinas setempat untuk memastikan standar keamanan lahan bekas tambang," ujarnya.
