Pangkalpinang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama Pemerintah Daerah setempat dan instansi terkait lainnya menguatkan kolaborasi untuk mengendalikan inflasi.
"Tantangan inflasi ke depan masih besar, terutama akibat cuaca ekstrem yang berpotensi menekan produksi pangan lokal serta volatilitas harga komoditas strategis, namun kita tetap optimistis inflasi tetap terkendali dalam rentang sasaran nasional melalui sinergi antara Bank Indonesia, TPID, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat," kata Kepala BI Babel Rommy S. Tamawiwy di Pangkalpinang, Senin.
Menurut dia, penguatan kolaborasi memegang peran penting untuk menjaga agar inflasi di Bangka Belitung tetap terjaga rendah dan stabil, sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Ia mengatakan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Babel mengalami inflasi sebesar 0,46 persen (mtm) pada September 2025, berbalik arah dari deflasi 0,46 persen pada Agustus 2025. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 0,21 persen (mtm).
Kenaikan harga terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang naik 1,14 persen (mtm) dengan kontributor utama daging ayam ras, cabai merah, dan kangkung. Namun, penurunan harga kelompok transportasi sebesar 0,16 persen (mtm) menahan tekanan inflasi lebih lanjut.
Secara tahunan, inflasi Bangka Belitung mencapai 1,82 persen (yoy), lebih rendah dari nasional 2,65 persen (yoy), sekaligus menjadi provinsi dengan inflasi terendah kedelapan di Indonesia.
Inflasi tahunan disumbang kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,89 persen (yoy) dengan bawang merah dan beras sebagai penyumbang utama, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,39 persen (yoy) yang dipicu kenaikan harga emas perhiasan. Sebaliknya, kelompok pendidikan mengalami deflasi 12,85 persen (yoy).
Berdasarkan data inflasi tahunan di setiap kabupaten/kota di Babel, Kabupaten Bangka Barat menempati posisi tertinggi sebesar 2,30 persen (yoy), diikuti Belitung Timur 2,10 persen (yoy) dan Kota Pangkalpinang 1,75 persen (yoy), sedangkan inflasi terendah Belitung sebesar 0,94 persen (yoy).
BI Babel dalam hal ini terus berupaya agar bisa ikut berperan aktif menjaga stabilitas harga, yaitu menguatkan kerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Babel melalui optimalisasi pasokan lokal dan kerja sama antar daerah.
"Salah satu langkah strategis adalah penyerapan gabah kering panen (GKP) dari Desa Rias, Bangka Selatan, dan beras dari Kelompok Tani Sinar Tani Belitung Timur," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga fokus pada langkah pengendalian pasokan yang diperkuat pada komoditas bawang merah yang produksinya diperkirakan tertekan oleh cuaca ekstrem.
Bersama TPID, BI Babel menerapkan kerangka kebijakan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
"Sejak Januari hingga September 2025, kita telah melaksanakan 40 kali inspeksi pasar dan distributor di seluruh Babel, 77 kali operasi pasar, dan 50 kali gerakan pangan murah. Kegiatan ini melibatkan kepala daerah, instansi terkait, hingga masyarakat luas untuk memastikan ketersediaan barang pokok dan menekan harga di tingkat konsumen," katanya.
Bank Indonesia juga selalu mendukung tiga langkah strategis pengendalian inflasi, yakni menjaga inflasi 2025 dalam kisaran target nasional 2,5±1 persen, mengendalikan inflasi pangan bergejolak pada kisaran 3,0–5,0 persen, dan memperkuat koordinasi pusat dan daerah melalui Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027.
BI Babel-Pemda kuatkan kolaborasi kendalikan inflasi
Senin, 6 Oktober 2025 22:38 WIB
